kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pasar obat untuk sapi baru tergarap 10%


Jumat, 01 Oktober 2010 / 12:29 WIB
Pasar obat untuk sapi baru tergarap 10%


Reporter: Raka Mahesa W |

JAKARTA. Target swasembada daging sapi yang digulirkan Kementerian Pertanian mendatangkan peluang bagi para produsen obat hewan. Maklum, untuk menggapai swasembada, diperlukan produksi daging sapi yang cukup. Nah, untuk mengerek produksi daging sapi itulah dibutuhkan berbagai penanganan termasuk penggunaaan obat kesehatan sapi.

Namun minimnya pengetahuan peternak mengenai fungsi obat kesehatan hewan membuat penjualan para produsen masih terseok. Ketua Umum Asosiasi Obat Hewan Indonesia (Asohi) Rakhmat Nuriyanto mencontohkan, selama ini, penjualan produsen obat untuk sapi hanya setara 10% dari potensi pasarnya.

Dalam hitungan Asohi, tahun ini, ceruk pasar obat sapi mencapai Rp 888 miliar. Biaya obat untuk setiap jenis sapi berbeda. Tahun ini, sapi betina membutuhkan biaya obat sampai Rp 730 miliar per tahun. Lalu, sapi jantan memerlukan 145 miliar dan sapi impor Rp 13 miliar.

Sayangnya pasar obat hewan saat ini baru Rp 88,8 miliar. Pasalnya, "Peternak belum teredukasi memakai obat sapi yang ideal," kata Rakhmat.

Rakhmat menjelaskan, potensi pasar sebesar itu dihitung berdasarkan data statistik peternakan dan cetak biru (blue print) program swasembada daging sapi. Data itu menyebutkan, untuk menggapai swasembada daging sapi pada 2014, jumlah populasi sapi potong yang dibutuhkan adalah 14,23 juta ekor dengan produksi daging 420.380 ton.

Tahun ini, jumlah populasi sapi potong baru mencapai 12,79 juta ekor dengan produksi daging 282.990 ton. Catatan saja, tahun ini, kebutuhan daging sapi diperkiakan mencapai 402.900 ton.

Siring besarnya kebutuhan daging sapi tersebut, Asohi pun menargetkan bisa meningkatkan penjualan mereka. Sayang, Rakhmat tidak membeberkan berapa besar target itu dengan alasan masih harus gencar melakukan sosialisasi.

Direktur Jenderal Peternakan Kementerian Pertanian Tjeppy Sudjana justru menyerahkan sosialisasi obat sapi kepada masing-masing produsen. “Mereka memiliki pasar yang stabil sehingga biarlah melakukan sosialisasi sendiri,” tegasnya.

Toh, menurut Sugeng Pujiono, Pengurus Asohi Jawa Barat, peran pemerintah dalam sosialisasi penggunaan obat sapi sudah mulai tampak. Salah satunya dengan memberikan pengetahuan kepada peternak melalui Pusat Kesehatan Ternak di berbagai daerah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×