kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.901.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.541   37,00   0,22%
  • IDX 7.538   53,43   0,71%
  • KOMPAS100 1.059   10,21   0,97%
  • LQ45 797   6,35   0,80%
  • ISSI 256   2,43   0,96%
  • IDX30 412   3,30   0,81%
  • IDXHIDIV20 468   1,72   0,37%
  • IDX80 120   1,05   0,88%
  • IDXV30 122   -0,41   -0,34%
  • IDXQ30 131   0,79   0,61%

Pasar Otomotif Makin Sesak, Toyota hingga Suzuki Pilih Tak Ikut Perang Harga


Kamis, 31 Juli 2025 / 20:34 WIB
Pasar Otomotif Makin Sesak, Toyota hingga Suzuki Pilih Tak Ikut Perang Harga
ILUSTRASI. Ilustrasi penawaran mobil listrik baru ajang Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2025, ICE BSD, Tangerang (30/7/2025). KONTAN/Muradi2025/07/30


Reporter: Leni Wandira | Editor: Noverius Laoli

JAKARTA.CO.ID - JAKARTA. Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2025 menjadi panggung unjuk kekuatan bagi produsen mobil asal China.

BYD, Chery, Wuling, hingga Jaecoo berlomba-lomba merilis produk anyar dengan harga agresif yang langsung mengganggu pasar kendaraan roda empat nasional. 

Kehadiran BYD Atto 1 seharga Rp 195 juta bahkan disebut jadi pemantik "perang harga" yang menekan segmen mobil murah dan kendaraan listrik sekaligus.

Menanggapi situasi ini, agen pemegang merek (APM) asal Jepang buka suara. PT Toyota-Astra Motor (TAM), misalnya, mengaku tidak akan ikut-ikutan strategi banting harga.

Marketing Planning General Manager TAM, Resha Kusuma Atmaja, menegaskan bahwa Toyota tetap fokus pada inovasi dan pengalaman pelanggan secara menyeluruh.

"Toyota tidak pernah menurunkan harga. Karena bagi kami, konsumen membeli mobil untuk jangka panjang. Kami melihat konsumen masih menganggap mobil sebagai barang mewah, sehingga mereka sangat memperhitungkan kualitas dan daya tahan," ujarnya dalam Dialog Industri Otomotif Nasional di arena GIIAS 2025, ICE BSD City, Kamis (31/7).

Toyota memilih strategi menyasar kebutuhan konsumen di berbagai segmen wilayah, dari kota besar hingga pedesaan.

"Kebutuhan masyarakat di urban dan rural berbeda. Yang kami lakukan adalah memenuhi kebutuhan itu semaksimal mungkin, bukan sekadar bersaing harga," sambung Resha.

Resha juga menyoroti pentingnya membangun kepercayaan dan menawarkan nilai jangka panjang kepada pelanggan.

“Bagaimana konsumen mendapatkan pengalaman menyeluruh dari pembelian, kepemilikan, hingga nilai jual kembali itu yang kami prioritaskan,” katanya.

Sementara itu, PT Astra International Daihatsu Sales Operation menyikapi strategi harga BYD secara lebih hati-hati.

Daihatsu masih mengamati dampak Atto 1 terhadap segmen low cost green car (LCGC) yang selama ini menjadi tulang punggung penjualan Daihatsu di Indonesia.

“Kami masih melihat adopsi EV di bawah Rp 200 juta ini. Selama ini, pasar EV bermainnya di segmen menengah ke atas. Kami pelajari dulu penerimaan pasar seperti apa,” kata Tri Mulyono, Marketing & Customer Relation Division Head Astra Daihatsu, Selasa (29/7).

Tri menyebut persaingan yang makin ramai bisa menjadi peluang sekaligus tantangan.

“Kami berharap produsen baru dan model baru ini bisa menambah gairah industri otomotif. Tapi setiap brand tentu punya strategi dan target pasar masing-masing,” ujarnya.

Tanggapan senada juga datang dari PT Suzuki Indomobil Motor (SIM). Managing Director SIM, Shodiq Wicaksono, menegaskan bahwa kompetisi harga sebaiknya tidak mengorbankan kualitas produk. Bagi Suzuki, menjaga kepercayaan konsumen adalah prioritas utama.

“Kalau kepercayaan hilang, selesai. Kita harus jaga kualitas dulu. Soal harga, bisa saja ditekan lewat efisiensi produksi seperti yang dilakukan Suzuki di India. Tapi tetap yang utama adalah kualitas,” ujar Shodiq.

Ia menganggap dinamika harga yang terjadi saat ini sebagai bagian dari strategi pasar masing-masing. Namun, ia mengingatkan bahwa jika pasar otomotif nasional kembali ke angka penjualan 1,2 juta–1,3 juta unit per tahun, isu perang harga akan mereda dengan sendirinya.

“Kalau pasarnya tumbuh besar lagi, saya rasa kita semua bisa tumbuh bersama. Karena tiap brand punya kekuatan di segmennya masing-masing,” kata Shodiq.

Sebagai informasi, BYD Atto 1 hadir di GIIAS 2025 dengan harga Rp 195 juta (varian Dynamic) dan Rp 235 juta (varian Premium), jauh di bawah rata-rata harga EV saat ini.

Hal ini disebut memicu reaksi cepat dari Wuling yang dilaporkan menurunkan harga Air EV hingga Rp 170 jutaan.

Tak hanya BYD, Chery juga merilis Tiggo Cross Sport dan CSH dengan harga mulai dari Rp 299,9 juta. Jaecoo, pemain baru dari Tiongkok, juga meluncurkan crossover listrik Jaecoo J5 EV dengan harga pre-booking mulai Rp 350 juta.

Selanjutnya: Mendag: Impor Food Tray untuk Program MBG karena Kebutuhan Sangat Besar

Menarik Dibaca: Yuk Jalan-jalan, Ini Jadwal KRL Jogja Solo pada Jumat 1 Agustus 2025

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×