kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45925,41   -5,94   -0.64%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pasar perkantoran lesu, co-working space subur


Minggu, 03 Desember 2017 / 20:20 WIB
Pasar perkantoran lesu, co-working space subur


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Dessy Rosalina

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah lesunya bisnis perkantoran lantaran kondisi pasokan berlebih atau over supply, bisnis co-working space atau ruangan kerja bersama semakin berkembang.

Perusahaan penyedia dan pengelola co-working space belakangan semakin gencar melakukan ekspansi. Alhasil, ruangan co-working space kian menjamur dan gampang ditemui di mana-mana.

EV Hive misalnya, perusahaan co-working space yang telah diinkubasi oleh East Ventures telah memiliki ruang kerja bersama di 10 lokasi dengan total luas area mencapai 17.000 meter persegi (m2). Padahal, perusahaan ini baru berdiri tahun 2015 dengan mengelola satu co-working space dan selebihnya ditambah di tahun ini.

Hingga akhir tahun, EV Hive akan menambahkan dua lagi co-working space yakni di Menteng dan Jakarta Selatan dengan total luas lebih dari 2.000 m2. Tidak berhenti di situ saja, perusahaan ini juga akan membuka 30 lokasi lagi co-working space tahun depan.

"Dalam tiga tahun ke depan kami targetkan punya jaringan di 100 lokasi. Tahun depan kami mau tambah di Jakarta, Medan, Yogyakarta, dan Bandung dengan kapasitas 3 kali lipat dari yang ada saat ini," kata Carlson Lau, Co-Founder dan CEO EV Hive, Kamis (30/1).

Hingga saat ini, EV Hive telah menggelontorkan US$ 4,5 juta untuk pengembangan bisnis co-working space di Indonesia. Gencarnya ekspansi yang dilakukan tak lepas dari dukungan investor yang diterima perusahaan.

Carlson mengatakan, EV Hive telah mendapatkan suntikan modal sekitar US$ 4,5 juta dari sejumlah investor di antaranya Sinar Mas Digital Ventures (SMDV), Sinar Mas Land, Insigna Ventures, lntudo Ventures, dan Jacumen lnvestments. "Jadi kami masih cukup dana untuk ekspansi tahun depan," ujar Carlson.

Dalam melakukan ekspansi, EV Hive perusahaan tidak melakukan pembelian kantor secara langsung tetapi dengan menyewa space gedung-gedung perkantoran atau bekerja sama dengan developer.

Selain itu, perusahaan ini juga merancang strategi untuk berpartner dengan para komunitas lokal, sekaligus menghubungkan setiap orang dalam ekosistem kami.

Terbaru, EV Hive telah melakukan merger dengan Clapham Collective yaitu perusahaan co-working space yang berbasis di Medan dengan memiliki ruang kerja bersama seluas 1.000 m2. Dengan merger ini, EV membuka akses bagi para startup-startup lain di Indonesia yang ingin membuka kantor cabang di Sumatera Utara.

Lokasi co-working space yang dimiliki EV Hive di antaranya berada di JSC Hive di Kuningan, D.Lab di Menteng, The Breeze di BSD Tangerang, Satellite di SCBD, The Maja di Kebayoran Baru, Tower @IFC di Jakarta Pusat, City @ Plaza Kuningan di Kuningan, Dimo di Menteng dan lain-lain. Kini perusahaan sudah memiliki 1.300 anggota.

Selain EV Hive, banyak developer yang juga mulai mengembangkan co-working space. PT Intiland Development Tbk (DILD) misalnya telah memiliki dua co-working space di Surabaya yaitu Sub Co Spazio dan Sub Co Darmo Harapan dengan luas masing-masing sekitar 400 m2.

Setelah ini, Intiland juga berencana menambah satu coworking space di Spazio Tower yang saat ini sedang dalam pembangunan. Harto Laksono,Direktur Intiland mengatakan, prospek co-working space di Surabaya sangat bagus seiring dengan banyaknya perusahaan start up di kota Pahlawan tersebut.

Kemudian, PT PP Properti Tbk (PPRO) juga berencana mengembangkan co-working space di proyek-proyek apartemen mahasiswa yang sedang dikembangkan perusahaan saat ini. Alasannya, perusahaan melihat di lingkungan kampus akan banyak bermunculan perusahaan start up. "Tahap awal selagi proyek masih dalam tahap pembangunan, marketing galery akan kami sulap menjadi co-working space." kata Galih Saksono, Direktur Operasi PPRO.

Director Research and Advisory Cushman & Wakefield Arief Raharjo mengatakan, pertumbuhan co-working space di Indonesia saat ini berbeda dengan di Amerika Serikat. Ruang kantor bersama di dalam negeri tumbuh saat pasar perkantoran sedang turun, sementara kalau kalau di luar pertumbuhan co-working space terjadi karena harga sewa kantor sangat tinggi.

"Perbedaan itu adalah karena co-working space ini bukan semata karena kebutuhan space fisik tetapi pertumbuhannya di Indonesia karena di dalamnya ada kolaborasi dan komunitas." kata Arief.

Ke depan, Arief melihat prospek bisnis co-working space akan tetap berkembang karena bisnis tersebut mengedepankan komunitas. Di dalamnya akan terdepat komunitas yang bisa mempertemukan start up yang satu dengan yang lain sehingga lebih mudah dalam mengembangkan bisnisnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×