Reporter: Agung Hidayat | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketidakpastian perekonomian makro dan fluktuasi rupiah sepanjang 2018 lalu berdampak kurang baik bagi industri sepeda dalam negeri. Bisnis kendaraan roda dua ini sempat menurun karena berkurangnya permintaan.
Menurut Eko Wibowo, Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Sepeda Indonesia (Apsindo), menguatnya dollar AS menyebabkan kenaikan harga sepeda baik impor maupun lokal. "Sebab yang lokal pun komponen banyak yang tidak tersedia di Indonesia," ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (3/1).
Sayangnya, soal angka penurunan permintaan di tahun lalu, Apsindo belum dapat membagikan detailnya. Yang terang pada masa jayanya, kata Eko, volume penjualan sepeda Indonesia sempat menembus 7 juta unit per tahun.
Saat ini, setiap tahunnya diperkirakan penjualan sepeda di dalam negeri sekitar 5 juta unit sampai 7 juta unit per tahun. "Tahun ini optimistis dapat naik. Pasar (sepeda) ini sebenarnya perlu inovasi dengan desain yang unik dan fungsional agar tercipta pasar baru," urai Eko.
Sebab, desain suatu produk sepeda biasanya tidak berumur panjang, sehingga konsep yang unik akan mampu merangsang pembelian unit baru oleh konsumen. Adapun dari kebutuhan sepeda nasional saat ini, menurut Apsindo, sekitar 40% dikaver oleh industri lokal, sisanya sebagian besar masih impor.
Keterbatasan komponen menyebabkan pemenuhan kebutuhan dari lokal belum mendominasi pasar. Namun demikian, beberapa pabrikan lokal sudah mulai berencana menambah kapasitasnya dalam waktu dekat.
Seperti pemilik brand sepeda Pacific, PT Roda Pasifik Mandiri, yang menurut informasi Eko, bakal membangun klaster pabrik sepeda lengkap dengan komponennya seluas 22 hektare. Rencananya, pembangunan dimulai di tahun 2020. Namun soal nilai investasinya, sampai saat ini belum diketahui.
Dengan perang dagang AS-China, potensi investasi dari luar negeri di sektor sepeda cukup tinggi. "Minimal start dari assembling dululah. Apalagi dari segi industri, upah tenaga kerja kita tidak setinggi di China," kata Eko.
Sementara itu produsen brand sepeda Polygon, PT Insera Sera diketahui sejak 2017 telah mengeluarkan bujet besar untuk memperluas pabrik di Sidoarjo Jawa Timur agar kapasitas produksi melebihi 650.000 unit per tahun. "Harapannya, ekspansi yang sudah dilakukan ini membuat jumlah produksi harian dapat dimaksimalkan sesuai permintaan yang kami terima," kata William Gozali, Direktur Utama PT Insera Sera.
Selain menggenjot produksi, perusahaan juga menyiapkan mekanisme pemasaran dan penjualan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasar untuk tiap model sepeda. Polygon saat ini memiliki sekitar 150 model sepeda yang mempunyai rentang harga dari Rp 1 juta – 100 juta per unit.
Polygon juga menyasar pasar luar negeri. Adapun porsi penjualan sepeda Polygon sekitar 40% untuk pemenuhan pasar ekspor dan sisanya pasar nasional.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News