Reporter: Noverius Laoli | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. Para pengusaha pakan ternak yang tergabung dalam Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) menilai, saat ini impor jagung untuk kebutuhan pakan ternak belum terlalu mendesak. Sebab, GPMT masih memiliki stok jagung sekitar 1,6 juta ton untuk kebutuhan 1,5 bulan sampai 2 bulan ke depan.
Rata-rata kebutuhan jagung untuk pakan ternak mencapai 800.000 ton per bulan. Ketua GPMT Sudirman bilang, jagung impor yang sempat tertunda pembongkarannya karena belum keluar izin Surat Persetujuan Pemasukan (SPP) dari Kementerian Pertanian (Kemtan) kini telah masuk gudang.
Impor jagung sebanyak 483,185 ton tersebut dapat menambah pasokan bahan pakan ternak untuk dua bulan ke depan. "Stok okelah, satu bulan kan 800.000 ton," ujar Sudirman, Rabu (19/8).
Sebelumnya, Kemtan dan GPMT juga sepakat membentuk tim khusus yang akan menghitung kebutuhan jagung untuk pakan ternak. Menurut Sudirman, anggota GPMT menyambut baik terbentuknya tim khusus tersebut.
Ia berharap, dengan terbentuknya tim ini, maka komunikasi antara Kemtan dan dunia usaha berjalan dengan baik. Nantinya, tim terpadu ini akan mendata berapa produksi jagung lokal dan berapa kebutuhan untuk pakan. Dengan adanya data yang valid, diharapkan tidak lagi terjadi salah pengertian antara dunia usaha dan pemerintah.
Menurutnya, tim ini juga akan memberikan masukan kepada pemerintah untuk membuat kebijakan-kebijakan yang tepat sehingga tidak terjadi kegaduhan seperti yang terjadi kemarin.
Ia mengatakan, dengan adanya tim baru tersebut, maka tujuan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan dunia usaha dalam negeri akan tercapai dan turut menyejahterakan petani.
Sudirman juga membantah kalau Mentan melarang impor jagung, melainkan hanya mengelola impor jagung sesuai kebutuhan. Sementara untuk kebutuhan jagung bagi pakan ternak bulan ini sebanyak 800.000 ton sudah terpenuhi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News