kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pasokan Kedelai Indonesia Masih Bergantung pada Situasi Global


Jumat, 02 Februari 2024 / 06:30 WIB
Pasokan Kedelai Indonesia Masih Bergantung pada Situasi Global
ILUSTRASI. Saat ini 92% kebutuhan kedelai dalam negeri masih di suplai dari luar. ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/aww/18.


Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengamat Pertanian Center of Reform on Economic (CORE) Eliza Marndian menilai ketergantungan Indonesia akan impor kedelai membuktikan bahwa program pemerintah untuk meningkatkan produktivitas kedelai tidak berhasil. 

Berdasarkan catatannya, saat ini 92% kebutuhan kedelai dalam negeri masih di suplai dari luar. Bahkan ada kecenderungan produksi kedelai dalam negeri juga turut menurun. 

Pada tahun 2018 produksi kedelai sempat menyentuh angka 650 ribu ton dan terus menyusut. Catatan Badan Pangan Nasional (Bapanas), pada tahun 2022 saja produksi kedelai hanya mencapai 301 ribu ton. 

Baca Juga: Era Jokowi, Impor Beras Pecah Rekor

"Sedangkan demand kita terus meningkat tapi produktivitas kita justru menurun. Artinya program-program pemerintah untuk kedelai tidak berhasil," kata Eliza pada Kontan.co.id, Kamis (1/1). 

Menurut Eliza hal itu membuat harga kedelai dalam negeri kerap berfluktuatif sebab masih bergantung pada harga dan situasi global. 

Dalam kasus terkini misalnya, harga kedelai beberapa waktu lalu sempat tinggi karena ada keterlambatan pasokan lantaran situasi geopolitik yang memanas. 

Dalam kondisi seperti ini menurutnya, Pemerintah harus melakukan evaluasi kebijakan untuk swasembada kedelai. Program yang dijalankan harus komprehensif disesuaikan dengan kondisi di dalam negeri. 

"Harus menyentuh akar persoalan dan didasarkan pada temuan penelitian yang valid," kata Eliza. 

Sementara persoalan fluktuasi harga dalam jangka pendeknya, bisa diberikan insentif terhadap industri yang terdampak. Hal ini untuk memastikan industri tersebut misalnya tahu dan tempe tidak merugi. 

Sebelumnya, Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi mengakui Indonesia masih defisit sekitar 2,5 juta ton setiap tahun kedelai karena produksi dalam negeri rendah. 

Baca Juga: Defisit 2,5 Juta Ton, Begini Jurus Bapanas Jaga Ketersediaan Stok Keledai Nasional

Menurutnya, pemenuhan kedelai nasional yang sebagian besar masih dipenuhi dari luar (impor) menjadi perhatian agar stok dan permintaan kedelai di pasaran tetap terpenuhi. 

Pada tahun ini, pihaknya menetapkan target jumlah Cadangan Pangan Pemerintah  (CPP) untuk kedelai pada tahun 2024 sebesar minimal 100 ribu ton, dengan jumlah minimal stok akhir tahun 2024 sebesar 20 ribu ton. 

"Keterlambatan kedatangan kedelai ini kan dipengaruhi oleh situasi geopolitik yang terjadi, sehingga mengganggu kelancaran logistik internasional. Namun ini terus kita dorong untuk segera masuk sehingga ketersediaannya stabil," ungkap Arief. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×