Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) mengatakan bahwa supply susu di Indonesia untuk kebutuhan industri masih didominasi oleh impor.
Ketua Umum GKSI, Dedi Setiadi, mengatakan bahwa pemenuhan permintaan susu 80% disokong impor, sedangkan sisanya 20% berasal dari Susu Segar Dalam Negeri (SSDN).
"Dominasi kebutuhan supply susu masih dipenuhi oleh impor yaitu sebesar 80% dari permintaan, sedangkan 20% sisanya dari SSDN yang diproduksi dari mayoritas peternak rakyat yang tergabung ke koperasi susu," ungkap Dedi kepada Kontan.co.id, Kamis (15/5).
Total kebutuhan susu di Indonesia sekitar 4,6 juta ton susu segar per tahun. Namun, produksi susu dalam negeri hanya sekitar 1 juta ton per tahun. Sedangkan sisanya, sebesar 3,6 juga ton dipenuhi dari impor dalam bentuk powder.
Dedi menyampaikan jika seluruh SSDN yang diproduksi oleh peternak dan koperasi susu dalam negeri terserap seluruhnya oleh industri.
Baca Juga: Harga Kakao Melonjak, Ultrajaya Cermati Dampaknya pada Produk Susu Cokelat
Mayoritas SSDN diolah menjadi produk Susu UHT dan Pasteurisasi. Sebagian lainnya diolah menjadi menjadi yoghurt, keju, ice cream dan turunan susu lainnya.
Menurut Dedi, kondisi pasokan SSDN saat ini masih mengalami defisit, yang diperparah oleh wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) serta Lumpy Skin Disease (LSD) yang menjangkit ternak sapi perah sejak 2022 dan belum sepenuhnya pulih.
Produksi SSDN didominasi oleh peternakan rakyat dan koperasi yang tersebar di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Selain itu, tantangan lain yang dihadapi adalah rendahnya produktivitas susu, yang rata-rata hanya menghasilkan 11 liter per ekor per hari, serta skala usaha yang kecil dengan kepemilikan dua sampai empat ekor per peternak.
"Pasokan susu diharapkan dapat meningkat seiring dengan kebutuhan yang juga bertambah dari program Makan Bergizi Gratis (MBG)," tambahnya.
Ada pun, Dedi menilai jika tren industri susu di Indonesia kini menunjukkan pertumbuhan yang positif, didorong oleh meningkatnya jumlah penduduk, perubahan gaya hidup, serta purchase power yang semakin baik.
Meski begitu, tingkat konsumsi susu per kapita di Indonesia masih tergolong rendah, yaitu sekitar 16,9 liter per kapita per tahun.
"Salah satu yang terendah di kawasan Asia Tenggara. Sebagai perbandingan, konsumsi susu di Malaysia mencapai 50,9 liter per kapita per tahun," pungkasnya.
Baca Juga: Percepat Program MBG, Pemerintah Dorong Peran Koperasi dan Industri Susu Lokal
Selanjutnya: Sebagian Gabah Petani Dibeli di Bawah Rp 6.500, SPI Beberkan Sebabnya
Menarik Dibaca: 5 Cara Mencegah Depresi pada Remaja, Selalu Pantau Media Sosial Anak
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News