kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pebisnis consumer goods belum lihat peningkatan daya beli yang siginifikan


Kamis, 22 Maret 2018 / 18:16 WIB
Pebisnis consumer goods belum lihat peningkatan daya beli yang siginifikan
ILUSTRASI. Konsumen Berbelanja di Sebuah Hyper Market


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bagi industri Fast Moving Consumer Goods (FMCG) seperti PT Tigaraksa Satria Tbk (TGKA) bertumbuhnya ekonomi makro akan mempengaruhi bisnis di sektor consumer goods. Sebab pertumbuhan ekonomi nasional akan mencerminkan kemampuan konsumsi masyarakat.

Lianne Widjaja, Presiden Direktur Tigaraksa Satria Tbk mengatakan, meskipun banyak proyek infrastruktur dari pemerintah nyatanya belum berdampak besar pada peningkatan daya beli masyarakat. "Dari sisi consumer spending belum peningkatan yang berarti," ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (22/3).

Bahkan beberapa kategori consumer goods cenderung stagnan pertumbuhannya. Walau demikian, menurut Lianne, peluang bisnis di sektor ini masih sangat baik.

Perseroan yang 95% pendapatannya ditopang oleh lini bisnis FMCG ini masih optimistis pada kondisi pasar saat ini. "Mungkin (stagnansi tadi) terjadi akibat shifting konsumsi saja ke kategori produk lainnya yang masih di dalam FMCG," tutur Lianne.

Meski kondisi ekonomi saat ini belum dinilai pulih sepenuhnya, tak menjadi halangan bagi perseroan untuk tetap mengembangkan bisnisnya. "Kami akan tetap melakukan ekspansi usaha yang sinergi dengan bisnis yang sudah ada," tegas Lianne.

Sementara itu, jika menilik sektor consumer goods di bidang industri makanan dan minuman (mamin) pada tahun 2017 lalu pertumbuhan industrinya, menurut catatan Kementerian Perindustrian, telah mencapai 9,23%, jauh di atas pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional sebesar 5,07%.

Bahkan, peran industri mamin terhadap PDB sebesar 6,14% dan terhadap PDB industri nonmigas mencapai 34,3%, memberikan kontribusi tertinggi dibandingkan sektor lainnya pada tahun 2017. Untuk investasi, Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di industri mamin mencapai Rp 38,5 triliun, sedangkan PMA US$ 1,97 miliar.

Berbekal nilai investasi yang besar tersebut, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S Lukman optimistis sektor mamin masih bertumbuh. "Kami optimistis industri makanan dan minuman tahun ini bisa tumbuh di atas sebesar 8,4%," kata Adhi.

Kondisi perekonomian Indonesia dirasakan kian membaik dibanding tahun lalu. Tahun politik di 2018 ini dipercaya Adhi memberikan efek kepada sektor mamin lantaran bakal membuat uang beredar di masyarakat makin banyak semakin tinggi, dan hal tersebut ialah sinyalemen terhadap peningkatan daya beli.

Sementara itu, bagi produsen tepung terigu, PT Bungasari Flour Mills Indonesia daya beli masyarakat masih berpeluang meningkat seiring dengan pertambahan penduduk Indonesia. Meskipun sebelumnya di 2017, perseroan mengaku industri tepung terigu belum terlalu tumbuh signifikan.

Sedangkan Budianto Wijaya, Sales & Marketing Director PT Bungasari Flour Mills Indonesia masih optimistis kenaikan konsumsi masyarakat dapat terjadi di tahun ini. "Kalau kami prediksi tahun ini industrinya bisa tumbuh di atas 5%," sebut Budianto.

Senada dengan Gapmmi, Budianto juga optimis tahun politik menjelang pemilu ini bakal mengerek penjualannya. "Sebab biasanya jelang pemilihan umum uang beredar di masyarakat meningkat," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×