kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.321.000   -16.000   -0,68%
  • USD/IDR 16.675   65,00   0,39%
  • IDX 8.274   121,80   1,49%
  • KOMPAS100 1.150   20,83   1,85%
  • LQ45 828   21,81   2,70%
  • ISSI 292   3,80   1,32%
  • IDX30 433   11,22   2,66%
  • IDXHIDIV20 495   13,50   2,81%
  • IDX80 128   2,92   2,34%
  • IDXV30 137   2,82   2,10%
  • IDXQ30 138   3,59   2,67%

Pelaku bisnis akan pantau kebijakan Trump


Rabu, 16 November 2016 / 22:55 WIB
Pelaku bisnis akan pantau kebijakan Trump


Reporter: Dian Sari Pertiwi | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat akan mempengaruhi prospek ekonomi sejumlah negara berkembang termasuk Indonesia. Shinta Widjaja Kamdani, Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Hubungan Internasional bilang, sebenarnya ada sejumlah kerja sama bilateral dan potensi bisnis yang bisa digarap lebih optimal dengan Amerika Serikat, khususnya di sektor industri kreatif dan infrastruktur.

Namun, dengan menangnya Trump, potensi tersebut bisa terkikis. Sebab, kebijakan ekonomi Trump fokus pada pasar domestik Amerika Serikat. "Dalam jangka pendek belum ada pengaruh signifikan, tapi yang kita khawatirkan dalam jangka menengah dan panjang dengan adanya rencana kebijakan Trump yang mengarah ke domestik dan tertutup akan berdampak direct dan indirectly pada Indonesia," ujar Shinta (16/11).

Walau begitu, sektor minyak kelapa sawit masih bisa berkontribusi positif. Soalnya, Amerika tak bisa mengandalkan produksi dalam negeri mereka. Oleh sebab itu, para pelaku bisnis tanah air perlu pandai-pandai memantau arah kebijakan Amerika Serikat. Setidaknya, Shinta bilang, Indonesia masih punya waktu satu tahun.

Meski demikian, tak ada salahnya Indonesia mengantisipasi dampak dari kebijakan AS untuk jangka panjang. Caranya dengan melakukan hubungan dan perjanjian perdagangan bebas dengan negara-negara lain di regional, Asean dan China.

Memang, China adalah negara dengan kekuatan ekonomi yang sayang untuk diabaikan. "Kita sudah memperhatikan China sebagai salah satu unsur terbesar juga," kata Shinta.

Asal tahu saja, tahun lalu Indonesia sudah meneken kerja sama dengan negara-negara di kawasan regional dalam Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP). Ini merupakan gagasan untuk mengintegrasikan perdagangan bebas Asean dengan enam negara mitra dagang, yakni Tiongkok, Jepang, Korsel, India, Selandia Baru, dan Australia. "RCEP saat ini juga sudah mulai berjalan, kelihatannya ke depan akan makin ditonjolkan lagi," tandas Shinta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×