kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,02   -8,28   -0.91%
  • EMAS1.318.000 0,61%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pelaku usaha furnitur berjibaku garap pasar ekspor


Jumat, 30 Oktober 2020 / 20:52 WIB
Pelaku usaha furnitur berjibaku garap pasar ekspor
ILUSTRASI. Pekerja menyelesaikan pembuatan kursi pantai berbahan rotan di Tegal Wangi, Cirebon, Jawa Barat, Selasa (12/2/2019). ANTARA FOTO/Dedhez Anggara/foc.


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelaku usaha furnitur sedang berjibaku menggarap pasar ekspor. Alasannya, secara umum industri mebel dan kerajinan mengalami perbaikan kinerja ekspor di September 2020. 

Sekretaris Jenderal Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Abdul Sobur menjelaskan ada tren penjualan ekspor yang membaik sejak September 2020.  "Kami berharap kuartal IV 2020 bisa lebih baik hingga total ekspor nasional untuk mebel dan kerajinan bisa optimal," jelasnya kepada Kontan.co.id, Jumat (30/10). 

Melansir laporan ekspor mebel dan kerajinan tangan yang dihimpun Himki, pada periode Januari-September 2020 kinerja ekspor susut 2% yoy dengan rincian ekspor furnitur turun 2% yoy menjadi US$ 424,65 juta dan ekspor kerajinan turun 8% yoy menjadi US$ 566,33 juta. 

Baca Juga: Pendapatan Japfa Comfeed (JPFA) turun 8,27% hingga kuartal III-2020

Meski secara keseluruhan mengalami penurunan, di akhir September 2020 ada sejumlah produk furnitur yang justru meningkat. Di antaranya furnitur plastik tumbuh 18% yoy menjadi US$ 15,166 juta, diikuti furnitur rotan 9% yoy menjadi US$ 88,68 juta, dan metal furniture tumbuh 7% yoy menjadi US$ 15,16 juta. 

Abdul mengatakan untuk saat ini kegiatan ekspor lebih prioritas karena untuk menggarap pasar domestik perlu penyesuaian internal manajemen yang tidak mudah. Kebanyakan eksportir yang tergabung di Himki produksinya untuk costume. Adapun untuk pasar domestik perlu disiapkan stok.  "Ke depan anggota Himki mulai banyak yang melirik pasar domestik karena sangat potensial untuk di garap secepatnya," jelasnya. 

Di sisi lain, produsen furnitur PT Chitose Internasional Tbk (CINT) mencatatkan penurunan ekspor 8,52% yoy menjadi Rp 14,07 miliar di kuartal III 2020. Adapun ada sejumlah negara yang tidak lagi dipasok oleh CINT yaitu ke Hongkong, Vietnam, dan Jerman. 

Sekretaris Perusahaan CINT, Helina Widayani menjelaskan untuk negara-negara di luar Jepang, penjualannya belum berdasarkan kontrak berkelanjutan dan saat ini belum ada permintaan dulu. Apalagi dengan situasi pandemi global ini. "Namun kami tetap lakukan komunikasi terus sebagai bagian dari costumer maintenance," jelasnya.

Baca Juga: Volume produksi Vale Indonesia (INCO) bisa tembus 74.000 ton hingga akhir tahun

Meski demikian, Helina mengatakan penjualan ekspor CINT masih relatif stabil, sama dengan semester I 2020. Adapun ada sedikit peningkatan di proyek sekitar 15% meskipun nilainya masih kecil. 

"Namun ini menjadi strategi kita untuk mendapatkan omset yang lebih baik untuk closing tahun ini maupun target tahun depan," kata Helina. 

Selanjutnya: Garudafood (GOOD) memprediksi serapan capex hingga akhir 2020 hanya mencapai 83%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×