kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pelemahan Rupiah Membayangi Industri Plastik


Rabu, 25 Oktober 2023 / 08:15 WIB
Pelemahan Rupiah Membayangi Industri Plastik
ILUSTRASI. Pelemahan kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat turut membayangi industri plastik. KONTAN/Muradi/17/11/2011


Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat turut membayangi industri plastik sebagai salah satu industri yang masih menggunakan bahan baku impor.

Sekjen Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik Indonesia (Inaplas) Fajar Budiono mengatakan pelemahan nilai kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat berdampak pada naiknya harga barang jadi plastik di pasaran pada kisaran 7,5%.

“Pengaruhnya banyak ya karena harga jual kita kan bergantung pada indeks dollar. Dengan rupiah yang hampir Rp 16.000, pasti akan berpengaruh,” ungkap Fajar saat dihubungi Kontan, Selasa (24/10).

Fajar menegaskan di industri plastik sudah pasti ada kenaikan harga. Dengan kenaikan per-kilogram dipatok mulai Rp 1.500 hingga Rp 2.000.

Baca Juga: Lonjakan Harga Menahan Ekspansi Manufaktur

“Naiknya bahan baku kan sekarang dari US$ 50-US$ 100 ya, dari selisih kurs itu sekitar Rp 500 rupiah. Jadi kalau kita total dan pertimbangkan itu bakal ada kenaikan Rp 1.500-Rp 2.000 per kilo plastiknya,” jelasnya. 

Ia menambahkan Inaplas tadinya memprediksi di beberapa baru ke depan baru ada tren naik harga namun pelemahan rupiah membuat hal ini terjadi lebih cepat. 

Selain itu, beberapa masalah yang dihadapi industri plastik dalam negeri di antaranya adalah belum pulihnya daya beli hingga banjir produk-produk plastik dari China. 

“Daya beli belum normal, masih menurun di dalam negeri, masih belum (naik) karena masih banyak kekeringan akibat cuaca, pesta-pesta juga belum banyak, kampanye juga masih tahun depan,” katanya. 

“Masalah selanjutnya banjir produk plastik dari China, ini terutama yang kita waspadai. Barang jadi ini jangan sampai menggerus penjualan lokal,” tambahnya.

Meski begitu, Fajar optimis menjelas kontestasi Pilpres 2024 mendatang bisa mendongkrak penjualan produk-produk plastik. 

Baca Juga: Inaplas Minta Harga Gas Murah untuk Industri

“Mudah-mudahan konsumsi makanan-minuman yang membutuhkan produk-produk plastik juga akan bertambah,” katanya. 

Terkait strategi menghadapi pelemahan rupiah dan beberapa kendala lainnya Inaplas ungkap Fajar akan berusaha melakukan beberapa inovasi. 

“Paling kita berinovasi untuk membuat produk baru dengan cara downsizing atau substitusi material. Biasanya kita bakal bikin merek baru atau produk baru,” katanya. 

Selain itu, ia juga menagih janji pemerintah terkait pembatasan impor barang, termasuk barang plastik.

“Harapan kami agar impor barang disesuaikan dengan kebutuhan dalam negeri, dihitung antara kebutuhan dengan supply dalam negeri. Jangan sampai oversupply di dalam negeri sehingga harga jadi turun,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×