Reporter: Noverius Laoli | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Gejolak pelemahan mata uang rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) yang telah menembus Rp 13.000 per dollar tidak terlalu berpengaruh terhadap harga kedelai impor. Pasalnya, pasokan kedelai impor dari AS saat ini masih melimpah hingga tiga bulan ke depan. Sehingga, harga kedelai dunia melorot menjadi US$ 10 per bussel (1 bussel 27,22 kg). Bandingkan dengan harga kedelai pada akhir tahun 2014 yang menyentuh US$ 13 per bussel.
Direktur Jenderal (Dirjen) Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemdag) Srie Agustina menjelaskan penurunan harga kedelai dunia sudah terjadi sejak awal tahun 2015. Penurunan itu terus berlanjut hingga enam bulan mendatang. Artinya kalau saat ini bulan Maret, maka masih ada tiga bulan lagi, harga kedelai masih jatuh. Turunnya harga kedelai ini, beber Srie, disebabkan pasokan yang melimpah karena produksi kedelai yang melimpah di sejumlah sentra produksi kedelai dunia seperti AS.
"Walaupun dollar sampai Rp 13.000 masih aman. Sehingga sekarang untuk tiga bulan ke depan harga kedelai impor masih Rp 6.700 per kilogram (kg) sampai Rp 6.800 per kg di tingkat importir," ujar Srie belum lama ini.
Dengan demikian, Srie menilai harga kedelai di tingkat distributor harusnya antara Rp 7.500 per kg - Rp 8.000 per kg. Sementara harga kedelai di tingkat eceran sekitar Rp 10.000 per kg sampai Rp 11.000 per kg. Sementara para produsen tahu dan tempe mayoritas membeli kedelai dari distributor atau lewat koperasi yakni dalam Gabungan Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo). Apalagi saat ini, lanjut Srie, Gakoptindo melakukan impor sendiri untuk memenuhi kebutuhan anggotanya.
Sementara itu, menjelang puasa dan lebaran, Kemdag menilai justru terjadi pengurangan konsumsi tahu dan tempe hingga 30% dari biasanya. Dengan demikian, harga kedelai sudah pasti tidak akan naik hingga tiga bulan ke depan. Kalau pun ada kenaikan harga, Srie berjanji, Kemdag akan melakukan operasi pasar (OP) untuk menstabilkan harga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News