kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.943.000   -7.000   -0,36%
  • USD/IDR 16.320   -54,00   -0,33%
  • IDX 7.541   37,02   0,49%
  • KOMPAS100 1.065   8,89   0,84%
  • LQ45 798   8,79   1,11%
  • ISSI 256   1,99   0,78%
  • IDX30 412   0,84   0,20%
  • IDXHIDIV20 471   1,47   0,31%
  • IDX80 120   1,20   1,01%
  • IDXV30 123   0,67   0,55%
  • IDXQ30 132   0,32   0,24%

Pelindo Energi menjajal bisnis terminal LNG Apung


Sabtu, 23 Januari 2016 / 09:44 WIB
Pelindo Energi menjajal bisnis terminal LNG Apung


Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. PT Pelindo Energi Logistik segera mengoperasikan terminal liquefied natural gas (LNG) skala kecil pertama di Indonesia. Perusahaan yang terafiliasi dengan PT Pelabuhan Indonesia III ini, akan mengoperasikan miniscale Benoa LNG Terminal mulai 1 Maret 2016 mendatang.

Setiap harinya Benoa LNG akan memasok gas 40 juta standar kaki kubik per hari atau million standard cubic feet per day (mmfcsd) untuk menghidupkan pembangkit Pesanggaran–Bali yang dioperasikan oleh anak usaha PT PLN yakni Indonesia Power.

Pembangkit ini berkapasitas sebesar 200 megawatt (MW). Pelindo Energi menggandeng Jaya Samudra Karunia Group sebagai penyedia fasilitas regasifikasi dan penampungan gas terapung. Kapasitas regasifikasi sebesar 50 mmscfd, sedangkan penampungan sebesar 26.000 coal-bed methane (CBM).

Direktur Pelindo Energi Gembong Primadjaja Jumat (22/1) bilang, penggunaan fasilitas terapung dengan pertimbangan area lahan di pelabuhan Benoa sangat terbatas. Pelindo III sebagai induk, telah mengalokasikan lahan sekitar 250 m² sebagai tempat bersandar terminal tersebut.

Adapun pasokan gas berasal dari Bontang. Gas ini diangkut oleh kapal milik Humpuss Intermoda. dan baru akan disimpan di terminal terapung tersebut. Setelah Benoa, Pelindo Energi berencana membangun fasilitas yang sama di 17 tempat, untuk mendistribusikan gas.

Dari target tersebut, satu proyek yang sudah memiliki kajian kelayakan adalah untuk wilayah Lombok. Di Lombok perusahaan ini akan memasok gas untuk menghidupkan pembangkit berkapasitas 150 MW. Lombok paling feasible dan ekonomis karena berdekatan dengan Bali.

"Kapal yang ke Bali sekaligus bisa berlayar ke Lombok," ucapnya Gembong. Setelah Lombok, proyek berikutnya membangun terminal apung di Kolaka, Pomala, serta Makassar. Sebagai gambaran investasi tiap terminal apung, butuh duit Rp 2 triliun.

Dengan demikian, perusahaan ini perlu mengalokasikan belanja modal sekitar Rp 8 triliun tahun ini.

Di tempat yang sama, Chief Executive Officer PT Jaya Samudra Karunia Group, Dennis S.K. Jang menjelaskan investasi pembagunan fasilitas regasifikasi dan terminal terapung, mencapai US$ 100 juta.

Seluruh pembuatan terminal apung dilakukan di Korea Selatan. Eri Prabowo, Direktur Produksi PT Indonesia Power bilang dengan pengalihan bahan bakar solar ke gas PLN bisa menghemat sekitar Rp 2 triliun per tahun.

Selain itu, ia memprediksi tiga tahun ke depan harga gas masih bisa murah dan relatif stabil ketimbang harga minyak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×