kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.308.000 -0,76%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pemain Startup Masih Merugi, Pengamat: Mungkin Banyak Foya-Foya


Jumat, 03 Juni 2022 / 19:29 WIB
Pemain Startup Masih Merugi, Pengamat: Mungkin Banyak Foya-Foya
ILUSTRASI. Heru Sutadi Webit Speaker, Executive Director of Indonesia ICT Institute.foto dok.ICT


Reporter: Venny Suryanto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktur Eksekutif ICT Institute, sekaligus pengamat teknologi Heru Sutadi menilai saat ini para pemain startup maupun e-commerce sedang berjuang untuk menggapai profitabilitas.

“Untuk survive saat ini memang banyak strategi dilakukan startup, bahkan yang sudah jadi unicorn atau decacorn untuk bertahan dan tidak lagi bakar uang,” jelas Heru kepada Kontan.co.id, Jumat (3/6).

Beberapa skema baru pun mulai dilakukan para pemain besar untuk mengantongi laba, misalnya saja kenaikan tarif layanan sejumlah E-commerce yang diberlakukan kepada seller.

Menurut Heru, kenaikan biaya yang dikenakan memang jadi salah satu pilihan. “Tapi jangan salah, biaya aplikasi dan pembagian keuntungan saat ini bagi startup juga sudah besar. Sehingga, ini akan memberatkan merchant dan pada ujungnya adalah pembeli atau pengguna aplikasi,” ungkap dia.

Dia mengatakan, para pemain e-commerce perlu memperhatikan beberapa hal mengenai kenaikan tarif layanan tersebut. Heru meminta para pemain baiknya memikirkan kembali lantaran saat ini sudah banyak komplain akan penggunaan aplikasi yang dikenakan biaya.

Baca Juga: Tren PHK Karyawan Startup, Bagaimana Bisnis Startup Agar Bisa Bertahan?

“Padahal harga yang ditawarkan ke pembeli sudah hampir dua kali lipat harga jika membeli secara langsung. Kalau pengguna kabur, ini akan mempercepat kematian startup,” tuturnya.

Heru juga bilang, di samping melakukan efisiensi layanan, perusahaan startup maupun e-commerce diharapkan dapat mengurangi biaya operasional hingga 50%.

“Yang penting dikedepankan adalah efisiensi. Bagaimana gaji karyawan terutama petinggi dikurangi, operasional yang wah dikurangi termasuk pengurangan karyawan,” katanya.

Bahkan dia juga menyinggung terkait kinerja sejumlah startup jumbo yang dinilai masih merugi hingga saat ini. Padahal di sisi lain sudah mengantongi pendapatan yang besar.

“Saya lihat memang manajemen startup ini kacau. Mungkin banyak foya-foya. Pendapatan besar, tapi masih rugi. Padahal beban ke mitra juga sudah besar dan semua ditanggung mitra. Tidak ada risiko aplikasi. Andai misal pendanaan dijalankan untuk membesarkan startup kan bisa survive,” tutup Heru.

Heru memperkirakan, pendapatan atau gaji para petinggi startup minimal sekitar Rp 70 juta per bulan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×