Reporter: Rr Dian Kusumo Hapsari | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) terus berupaya untuk memenuhi kebutuhan listrik di negeri ini dengan terus meningkatkan pembangkit yang dimiliki. Salah satunya yaitu dengan pembangkit listrik tenaga air (PLTA).
Nur Pamudji, Direktur Utama PT PLN mengungkapkan Indonesia memiliki potensi listrik tenaga air mencapai 75 ribu mega watt (MW). Namun potensi tersebut belum seluruhnya bisa dimanfaatkan.
Nur mengaku kesulitan untuk memperoleh listrik dari PLTA. Menurutnya pemanfaatan air sebagai PLTA tidak semudah membalikkan telapak tangan. Tantangan yang dihadapi PLN dalam memperoleh listrik tenaga air yakni mulai dari sumber pendanaan untuk membangun bendungan.
Menurutnya pendanaan pembangunan PLTA sulit diperoleh, baik dari perbankan maupun anggaran pemerintah. Selama ini dana pendirian pembangkit yang digunakan oleh PLN berasal dari pinjaman multilateral. Memang kata dia, untuk pembangunan dan pengembangan pembangkit, tidak bisa hanya mengandalkan dana konvensional tapi harus mencari strategic partner.
Selain soal pendanaan, kendala lainnya berasal dari sisi non teknisnya, yakni masalah perizinan lahan dengan pemerintah daerah (Pemda). Bahkan kata Nur, izin lahan untuk membangun PLTA, ada yang bisa sampai delapan tahun.
Contohnya saja PLTA Asahan III yang terletak di Sumatera Utara. "Adanya regulasi pembagian kekuasaan antara Pemerintah Pusat dengan Pemda, jadi ya harus menunggu delapan tahun," tuturnya Rabu (27/11) saat ditemui di Kantor PLN Pusat, Jakarta.
Itu sebabnya, saat ini PLN baru mampu memanfaatkan air sebagai sumber listrik sekitar 6% atau sebesar 4.000 MW.
"Kita akan terus melakukan segala upaya agar ini bisa jalan, tantangan tersebut harus dihadapi. Indonesia ingin peran PLTA besar, saat ini pertumbuhan listrik 8-9%, kontribusi dari pembangkit air saat ini 6%, kita terus bangun PLTA," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News