kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pemangkasan impor bakal dongkrak produksi manufaktur nasional


Jumat, 21 Agustus 2020 / 19:13 WIB
Pemangkasan impor bakal dongkrak produksi manufaktur nasional
ILUSTRASI. Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Khomarul Hidayat

Meneperin menambahkan, peta jalan Making Indonesia 4.0 telah ditetapkan untuk mendorong akselerasi transformasi manufaktur menuju Industri 4.0. Making Indonesia 4.0 menargetkan Indonesia masuk dalam peringkat 10 besar ekonomi terbesar dunia di tahun 2030.

Target tersebut sejalan dengan meningkatnya kontribusi ekspor netto terhadap PDB hingga 10%, produktivitas terhadap biaya yang meningkat hingga dua kali lipat, serta pengeluaran terkait riset dan pengembangan (R&D) yang mencapai 2% produk domestik bruto (PDB).

Making Indonesia 4.0 juga diharapkan berkontribusi pada upaya substitusi impor bagi industri. Tujuh sektor industri telah ditetapkan sebagai prioritas pengembangan Industri 4.0 di Tanah Air, meliputi sektor makanan dan minuman, tekstil dan busana, otomotif, kimia, elektronika, serta penambahan dua sektor baru, yaitu industri farmasi dan industri alat kesehatan.

"Industri farmasi dan industri alat kesehatan juga masuk menjadi sektor prioritas industri 4.0. Ini adalah salah satu upaya Kemenperin untuk segera mewujudkan Indonesia yang mandiri di sektor kesehatan," ujar Agus.

Ia menjelaskan, industri farmasi dan industri alat kesehatan perlu didorong untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri secara mandiri. "Inovasi dan penerapan industri 4.0 di sektor industri alat kesehatan dan farmasi dapat meningkatkan produktivitas sektor tersebut," papar Agus.

Agus menambahkan, pemerintah bertekad menjaga aktivitas sektor industri manufaktur di tengah dampak pandemi Covid-19. Sebab, sektor strategis ini terbukti menjadi motor penggerak perekonomian nasional. Oleh karena itu, selain menjaga keberlangsungan usahanya, pemerintah juga menekankan pada penerapan protokol kesehatan secara ketat guna mencegah penularan virus korona baru.

“Pada triwulan II tahuh 2020, industri pengolahan nonmigas mengalami kontraksi sebesar 5,74%. Namun demikian, kontribusinya terhadap PDB masih terbesar dengan capaian 17,83%," ungkapnya.

Selanjutnya, ekspor sektor industri pada periode Januari-Juli mengalami surplus sebesar USD5,19 miliar. Sedangkan investasi sektor industri pada semester I-2020 mengalami peningkatan 23,9% menjadi sebesar Rp 129,56 triliun bila dibandingkan periode yang sama tahun 2019. "Capaian-capaian positif di sektor industri harus kita jaga dan kinerjanya terus ditingkatkan," ujarnya.

Agus menilai, sejumlah aktivitas ekonomi mulai meningkat pada bulan Juni 2020. Salah satunya ditunjukkan oleh Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia yang pada Juli 2020 mencapai level 46,9, naik dari bulan sebelumnya sebesar 39,1. Selanjutnya, utilisasi industri sekarang sudah mendekati 55%. Sebelum pandemi Covid-19, utilisasi rata-rata sektor manufaktur berkisar pada 75%, dan sempat menurun hingga 40%.

"Dua hal tersebut merupakan indikator yang cukup substantial bagi Kemenperin. Ini merupakan salah satu yang didorong, mudah-mudahan di akhir tahun utilisasi sektor industri bisa mencapai 60%," ungkap Menperin.

Baca Juga: Pulihkan ekonomi, pemerintah akan pacu aktivitas industri

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×