Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) menaksir pada saat mulai libur lebaran 2018 akan mematikan (shutdown) beberapa pembangkit di Pulau Jawa mencapai 7.743 Megawatt (MW).
Direktur Perencanaan Korporat PLN, Syofvi Roekman mengatakan, beberapa pembangkit yang dimatikan itu karena pada saat lebaran konsumsi listrik di Pulau Jawa turun drastis.
Pada hari biasa beban daya Pulau Jawa bisa mencapai 25.800 Megawatt (MW) sedangkan pada lebaran mendatang diperkirakan beban daya akan merosot sampai 16.200 MW.
"Jadi justru banyak shutdown," kata Syofvi di Gedung DPR, Selasa (5/6).
Ia bilang, beberapa pembangkit yang dimatikan saat lebaran itu diantarannya adalah Unit Reserve Shutdown Banten seperti Labuan, Lontar, Pelabuhan Ratu, dan Suralaya. Pembangkit-pembangkit itu sengaja dimatikan saat menjelang lebaran.
"Totalnya 14 lokasi (yang dimatikan) 7.743 MW, Itu di Jawa saja," ucapnya.
Selain Pulau Jawa, PLN juga akan mematikan pembangkit listrik Pulau Sumatra sekitar 900 MW, Pulau Kalimantan 100 MW dan Pulau Sulawesi 100 MW.
Syofvi menjelaskan penurunan daya terbesar pada saat Lebaran terjadi untuk golongan pelanggan industri, sementara untuk golongan Rumah Tangga (RT) tidak berubah signifikan. Penurunan daya memakan waktu yang sangat lama yakni sekitar dua minggu mulai 11 Juni hingga 20 Juni. Itu berdasarkan keputusan pemerintah atas libur lebaran dan cuti bersama.
Selain mematikan sejumlah pembangkit, pada lebaran 2018 PLN juga mengantisipasi gangguan yang ada. PLN memastikan suplai akan terjamin pada lebaran mendatang.
"(Lebaran) Kita lebih antisipasi kalau ada gangguan sebenarnya. Jadi kita siapkan personil," jelas Syofvi.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan membenarkan bahwa akan ada pembangkit listrik yang dimatikan sementara. Pasalnya, kebutuhan listrik secara nasional pada saat libur Lebaran khususnya di Pulau Jawa turun sampai 20% lantaran banyak pabrik yang tutup.
"Jadi dimatikan, itu untuk pembangkit yang biaya produksinya lebih tinggi dari yang diberhentikan lebih dulu," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News