CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.364.000   21.000   0,90%
  • USD/IDR 16.737   8,00   0,05%
  • IDX 8.407   44,65   0,53%
  • KOMPAS100 1.165   5,83   0,50%
  • LQ45 849   5,46   0,65%
  • ISSI 293   1,52   0,52%
  • IDX30 443   2,43   0,55%
  • IDXHIDIV20 514   3,54   0,69%
  • IDX80 131   0,83   0,64%
  • IDXV30 136   0,12   0,09%
  • IDXQ30 142   1,06   0,76%

Pembangunan Kilang Minyak Masih Merundingkan Harga


Jumat, 16 Juli 2010 / 07:06 WIB
Pembangunan Kilang Minyak Masih Merundingkan Harga


Reporter: Herlina KD |


JAKARTA. Setelah mendapatkan komitmen suplai bahan baku minyak mentah, proyek pembangunan kilang minyak (refinery) ini siap direalisasikan.

Tahun ini, setidaknya ada dua proyek refinery yang sudah mendapatkan komitmen suplai minyak mentah, yaitu refinery yang berlokasi di Balongan, Indramayu dan refinery yang berlokasi di Banten. Kedua proyek ini refinery ini adalah proyek Pertamina.

Saat ini Pertamina telah mengoperasikan kilang minyak Balongan dengan kapasitas 125.000 barel. Menteri Perindustrian MS Hidayat mengatakan, ekspansi kilang minyak Balongan ini nantinya akan menambah kapasitas produksi kilang Balongan sekitar 200.000 hingga 300.000 barel per tahun. Nantinya, dengan kerjasama dengan investor asal Kuwait yaitu Kuwait Petroleum Corporation, Pertamina akan memperbesar kapasitas kilang Balongan menjadi sebesar 325.000 barel.

Sedangkan untuk refinery di Banten, saat ini juga telah ada komitmen suplai bahan baku minyak mentah dari Iran sebesar 300.000 barel per hari. Sayangnya, hingga saat ini Pertamina masih terus melakukan penjajakan dengan Iran.

"Masih ada kendala dalam perundingan soal harga dan sebagainya," jelasnya. Meski begitu, ia optimis kerjasama dengan Iran ini juga akan bisa terlaksana pada tahun ini.

Proyek pembangunan refinery ini sangat penting bagi Indonesia, sebab selain bisa menghasilkan bahan bakar minyak (BBM) yang dibutuhkan oleh Pertamina juga akan bisa memenuhi kebutuhan nafta untuk menghasilkan bahan baku untuk industri oleokimia.

Selama ini, imbuh Hidayat, kebutuhan nafta dalam negeri mencapai 2,7 juta ton per tahun. Dari jumlah itu, sebagian besar masih impor. Sehingga, pembangunan refinery ini nantinya akan bisa mengurangi ketergantungan impor nafta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×