Reporter: Nurmayanti |
JAKARTA. Pemerintah berencana merevitalisasi pabrik pupuk. Revitalisasi ini menyasar produsen pupuk yang memiliki pabrik yang sudah tua. Targetnya, produksi pupuk nasional bakal mencapai 15 juta ton pada 2014. Upaya itu, pemerintah menganggarkan dana sebesar Rp 54 triliun. Dari total 15 juta ton, sebesar 10,44 juta merupakan pupuk urea. Pemerintah berkeinginan merevitalisasi pabrik pupuk sebagai langkah mengantisipasi peningkatan kebutuhan di masa yang akan datang. Selain itu, upaya untuk meningkatkan efisiensi serta diversifikasi bahan baku dan bahan bakar.
Pelaku usaha pupuk pun mengaku siap dan setuju dengan rencana pemerintah itu. Asalkan, pemerintah memastikan terlebih dulu pasokan gasnya. Sebab, selama ini utilisasi pabrik pupuk nasional masih rendah lantaran pasokan gas yang minim. "Kami bersama pemerintah sudah menggelar beberapa kali pertemuan membahas rencana ini," ujar Direktur Utama PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) Hidayat Nyakman, Senin (15/12).
Salah satu hal yang menjadi pembahasan paling utama dalam pertemuan antara pemerintah dan pengusaha itu adalah masalah pasokan gas. Ada kesepakatan, revitalisasi ini hanya berlaku bagi pabrik yang sudah eksis saja. Hal ini menandakan, untuk menaikkan produksi, pemerintah tak akan menambah izin investasi baru di luar lima perusahaan BUMN selaku produsen pupuk nasional. Kalaupun ada penambahan produksi, bentuknya adalah ekspansi semata. Kelima produsen pupuk itu adalah PT Pupuk Siwijaya (Pusri), PT PKT, PT Petrokimia Gresik, PT Pupuk Kujang, PT Pupuk Iskandar Muda.
Khusus PKT, Nyakman mengungkapkan setidaknya membutuhkan dana sebesar US$ 720 juta untuk merevitalisasi pabriknya. Dana ini ditujukan untuk merevitalisasi pabrik PKT 1 yang kemudian digantikan dengan PKT 5. Apabila pabrik PKT 5 telah berdiri bakal memproduksi setidaknya 3000 ton perhari. "Kebutuhan gas untuk pabrik baru ini sebesar 123 MMSCFD per tahun," lanjut Nyakman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News