Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
Oleh sebab itu, jika ada persoalan pangan terhadap konsumen ini berpengaruh pada citra sawit secara keseluruhan. Di dunia, tuntutan keamanan pangan sudah menjadi kebutuhan. “Kita punya tanggung jawab moral bahwa sawit itu memenuhi standar keamanan pangan dan tanggung jawab ini juga berlaku pada konsumen dalam negeri karena Indonesia merupakan konsumen nomor satu kelapa sawit di dunia,” terang dia.
Ke depan, Indonesia perlu menyusun roadmap dalam penanganan isu kesehatan di kelapa sawit. “Maka itu, Indonesia harus mempunyai scientific position kelapa sawit dalam menyikapi asam lemak trans (trans fat) dan gizi,” kata dia.
Selain itu, pemerintah perlu membuat program nasional untuk memastikan produk kelapa sawit yang beredar di Indonesia mempunyai kandungan 3-MCPD dan GE rendah. “Kita perlu mendorong R&D untuk memanfaatkan potensi trans fat free dan nutrien kelapa sawit,” jelas dia.
Sri Raharjo Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada menjelaskan bahwa kandungan fitonutrien di dalam minyak sawit merah seperti tokoferol, tocotrienol, dan karoten sangat bermanfaat untuk meningkatkan sistem daya tahan tubuh di kala pandemi. Ketiga unsur fitonutrien ini banyak diapresiasi untuk memperbaiki daya tahan.
Baca Juga: PTPN V bakal terus tingkatkan ekspor CPO
“Jika bicara memperbaiki daya tahan dapat melalui asupan pangan. Dapat juga dengan pendekatan lain, bahwa fitonutrien tadi dapat diposisikan immune booster. Ini digunakan bagi yang orang kekurangan gizi,” ujarnya.
Sementara itu, Dhian Dipo, Direktur Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat stunting sebanyak 144 juta anak, 47 juta anak kurang gizi dan 38 juta anak kelebihan gizi. Indonesia saat ini mengalami masalah kekurangan zat gizi mikro pada anak, trutama kekurangan vitamin A.
“Ini menyebabkan menurunkan daya tahan tubuh pada balita, sehingga anak mudah sakit, asupan makanan berkurang dan akibatnya terjadi stunting atau bertubuh pendek. Selain itu, ada permasalahan kognitif pada anak usia dua tahun,” ungkap Dhian.
Pemerintah mempunyai strategi penurunan stunting, salah satunya program fortifikasi pangan. “Fortifikasi garam, tepung terigu, minyak goreng vitamin A, dan beras,” kata dia.
Fajar Marhaendra, R&D Product Appication Manager Apical Group menjelaskan Apical berkomitmen menghasilkan produk pangan yang low trans dan zero trans. Saat ini juga dikembangkan teknologi Inter-esterifikasi enzimatis dengan tujuan menghasilkan produk Lebih sehat, tanpa asam lemak dan ramah lingkungan. Produk APICAL di masyarakat dapat dijumpai antara lain minyak goreng, margarin, dan minyak samin.
Dari aspek sustainability, dikatakan Fajar, perusahaan memberikan solusi terbaik untuk memastikan konsumen membeli produk yang mengandung minyak sawit berkelanjutan dan tersertifikasi. Perusahaan telah memiliki sertifikat sesuai tuntutan global seperti HACCP, RSPO, ISCC, dan sertifikat halal.
Selanjutnya: Berbagai inovasi dilakukan untuk mencari berbagai sumber energi terbarukan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News