kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.528.000   8.000   0,53%
  • USD/IDR 16.240   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.037   -29,18   -0,41%
  • KOMPAS100 1.050   -5,14   -0,49%
  • LQ45 825   -5,35   -0,64%
  • ISSI 214   -0,85   -0,40%
  • IDX30 423   -1,15   -0,27%
  • IDXHIDIV20 514   0,87   0,17%
  • IDX80 120   -0,69   -0,57%
  • IDXV30 125   1,36   1,09%
  • IDXQ30 142   0,26   0,18%

Pemerintah Indonesia siap dukung program energy transition mechanism (ETM)


Rabu, 27 Oktober 2021 / 19:27 WIB
Pemerintah Indonesia siap dukung program energy transition mechanism (ETM)
ILUSTRASI. Menteri ESDM Arifin Tasrif. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/foc.


Reporter: Filemon Agung | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sebagai bagian dari pengembangan energi bersih, Pemerintah Indonesia siap mendukung program Energy Transition Mechanism (ETM). 

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengungkapkan program ini dijalankan sebagai mekanisme untuk mempercepat pengembangan energi terbarukan melalui pemberhentian operasional PLTU Batubara secara awal (pensiun dini). 

"ETM sebagai inisiatif dari Asian Development Bank (ADB) dan mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk Bank Dunia, Amerika Serikat dan Inggris. Studi Kelayakan saat ini sedang dilakukan di Filipina, Vietnam dan Indonesia," ungkap Arifin dalam keterangan resmi, Selasa (26/10).

Dalam proyek percontohan itu, masing-masing negara akan mendirikan fasilitas ETM dan mempercepat pembelian PLTU guna mempercepat masa pensiun pembangkit. ETM sendiri memiliki potensi besar sebagai mekanisme keuangan untuk program pengurangan karbon. "Akan ada calon inverstor (ETM) dari bank multilateral, institusi sektor swasta domestik dan internasional, serta investor jangka panjang dengan cost of fund yang rendah.

Baca Juga: PLN: Kebutuhan investasi untuk kebutuhan listrik hingga 2060 capai Rp 9.000 triliun

Di samping program ETM, terdapat 3 (tiga) strategi yang disiapkan pemerintah Indonesia dalam transisi energi. Pertama, transisi energi harus disesuaikan dengan kapasitas dan keadaan masing-masing negara. 

Kedua, teknologi rendah emisi yang inovatif seperti teknologi CCS/CCUS dalam beberapa hal dapat diterapkan pada pembangkit listrik fosil yang ada untuk mempercepat pengurangan emisi sambil beralih ke energi yang lebih bersih dan lebih hijau. Terakhir, kerjasama dengan negara-negara ASEAN dalam mengembangkan jalur transisi energi yang saling terhubung perlu digalakkan.

"Akselerasi (transisi energi) ini sangat penting untuk memastikan akses teknologi bersih lebih terbuka, mekanisme pembiayaan yang inovatif, perbaikan kerangka peraturan demi menciptakan iklim investasi yang lebih baik dan lebih menarik, hingga pengembangan infrastruktur energi yang terintegrasi seperti pembangunan super grid dan transmisi smart grid untuk memastikan stabilitas dan keandalan sistem listrik," tutup Arifin.

Selanjutnya: Pakai Dana APBN, Ongkos Transisi Energi Sangat Mahal

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×