Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan pelelangan wilayah kerja panas bumi (WKP) di dua lokasi yakni di Nage, Nusa Tenggara Timur dan Way Ratai, Lampung.
Melansir laman resmi Kementerian ESDM, pada 20 Desember 2022 pemerintah mengumumkan pelelangan WK Panas Bumi Way Ratai dengan luas wilayah 70.710 hektar (Ha) dengan cadangan mungkin 100 Mega Watt Elektrik (MWe), perkiraan temperatur 203-247 derajat celcius, dan rencana kapasitas pengembangan 55 MWe. Adapun Nilai yang ditetapkan untuk jaminan lelang pada pelaksanaan pelelangan WKP Way Ratai adalah sebesar Rp 2 miliar.
Sedangkan untuk pelelangan WK Panas Bumi Nage, di dalam keterangan resmi pada tanggal 24 Januari 2023 memerinci, luas wilayah kerja 10.410 Ha dengan cadangan mungkin 49 MWe, perkiraan temperatur reservoir 278-284 derajat celcius, dan rencana kapasitas pengembangan 20 MWe. Nilai yang ditetapkan untuk jaminan lelang pada pelaksanaan pelelangan WKP di Daerah Nage adalah sebesar Rp 1 miliar.
Baca Juga: Pemanfaatan Panas Bumi Sudah Capai 2.365 MW, Intip Prospeknya dalam Jangka Panjang
Ketua Asosiasi Panas Bumi (API), Prijandaru Effendi menjelaskan pemerintah melakukan dua tender di Way Ratai Lampung 55 MWe dan Nage NTT 20 MWe.
“Sekarang proses berjalan dan belum mendapatkan siapa pemenangnya,” jelasnya dalam webinar Diskusi Publik INDEF “Quo Vadis Panas Bumi Indonesia” Rabu (5/4).
Namun Prijandaru menegaskan, siapapun yang ikut tender tersebut, di kedua wilayah lelang tidak ada pengembang baru. Di Lampung hanya ada PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) dan PT ORMAT Geothermal Indonesia. Sedangkan di Nage hanya ada PGE sebagai single bidder.
Di sepanjang tahun ini, Prijandaru menyatakan, akan ada penambahan instalasi pembangkit panas bumi sebesar 13 MW yang berasal dari Geodipa Dieng sebesar 10 MW dan Orka Sokoria 3 MW. Jika ditambah dengan kapasitas eksisting maka total instalasi pembangkit panas bumi di Indonesia akan mencapai 2.355 MW di 2023.
Secara umum, Prijandaru menilai, Indonesia memiliki sumber daya panas bumi yang melimpah yakni hingga 24 GW. “Namun ini masih potensi masih ada risiko yang kurang lebih besarannya bisa sangat besar melebihi dari yang disampaikan saat ini,” ujarnya.
Satu-satunya cara untuk membuktikan potensi tersebut ialah dengan melakukan pengeboran. Namun melakukan drilling panas bumi memerlukan biaya yang mahal. Selain itu, pelaku usaha juga kudu menyiapkan infrastruktur akses masuk rig dan menyiapkan lokasi pemboran.
Baca Juga: 3 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Segera Dilelang
Prijandaru membeberkan, investasi untuk pemboran sumur mencapai US$ 7 juta hingga US$ 8 juta, biaya ini belum termasuk penyediaan infrastruktur panas bumi. Adapun lokasi panas bumi hampir seluruhnya berada di daerah yang sulit terjamah oleh pembangunan.
Saat ini pengembangan panas bumi di Indonesia masih sangat lambat. Dari 24 GW potensinya baru terealisasi menjadi pembangkit sebesar 2.342 MW atau 10% dari sumber daya yang ada.
Saat ini perusahaan yang berkontribusi paling besar dalam menginstalasi panas bumi ialah Star Energy dengan kapasitas 2.342 MW, kedua terbesar ialah PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) sebesar 670 MW dan ketiga Sarulla Operation Ltd sekitar 330 MW.
“Saya berharap ke depannya nama perusahaan ini bertambang dengan adanya pemain baru sebagai angin segar untuk sektor panas bumi,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News