kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penasaran mengapa harga BBM kita belum juga turun? Ini jawabannya....


Rabu, 22 April 2020 / 06:29 WIB
Penasaran mengapa harga BBM kita belum juga turun? Ini jawabannya....
ILUSTRASI. Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati (tengah). ANTARA FOTO/Reno Esnir/aww.


Reporter: Filemon Agung | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berbagai desakan bagi Pertamina untuk menurunkan harga bahan bakar ninyak (BBM) terus bermunculan.

Yang terbaru, dalam agenda Rapat Dengar Pendapat (RDP) virtual antara Pertamina dan Komisi VII DPR RI, sejumlah anggota Komisi VII DPR memepertanyakan alasan harga BBM tak kunjung mengalami penyesuaian kendati harga minyak mentah terus menurun sementara nilai tukar rupiah dinilai semakin membaik.

Salah satu pertanyaan datang dari anggota Komisi VII dari Fraksi Demokrat Sartono meminta Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati memaparkan secara gamblang alasan penurunan belum bisa dilakukan.

Baca Juga: Harga BBM di Malaysia sudah turun lima kali dalam sebulan, Indonesia kapan?

"Soal harga BBM, pertamina harus konferensi pers, terbuka jelaskan alasan belum turunkan harga BBM," ujar Sartono, Selasa (21/4).

Menanggapi berbagai pertanyaan yang dilontarkan, Nicke menuturkan, kendati terjadi penurunan parameter seperti Indonesia Crude Price (ICP) namun nilai tukar dinilai masih tinggi.

"Kenapa BBM tidak turun, formula harga BBM ditetapkan oleh Kementerian ESDM. Semoga pemerintah ambil keputusan tepat. ICP memang turun tapi dollar lebih tinggi dari yang kami rencanakan. (Apalagi) demand turun," terang Nicke.

Nicke melanjutkan, penerapan harga yang murah juga tidak serta merta mendorong peningkatan konsumsi masyarakat dan akan membebani usaha Pertamina untuk tetap mencatatkan keuntungan di tengah bayang-bayang kerugian akibat pandemi corona.

"Bagi kami dampaknya tidak positif hari ini, dampaknya negatif," jelas Nicke.

Nicke menambahkan, sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pihaknya tidak mungkin melakukan penyesuaian dana belanja modal dan biaya operasi secara harian mengikuti perubahan harga minyak mentah setiap harinya.

Nicke bahkan menyampaikan biaya produksi yang ada saat ini tergolong lebih tinggi dari harga minyak mentah (crude) pada saat ini.

"Saat ini crude impor harganya lebih rendah daripada crude domestik. Kita lagi diskusikan dengan Kementerian ESDM bagaimana supaya kami tetap menyerap (domestik) tapi diberikan relaksasi harga, ini sedang dilakukan," jelas Nicke.

Tak hanya itu, Nicke menjelaskan kondisi saat ini bahkan membuat harga impor BBM lebih murah ketimbang harga minya mentah (crude).

Namun, opsi menyerap BBM impor yang memiliki harga murah tidak serta merta bisa dilakukan mengingat Pertamina memiliki tanggung jawab untuk menjaga kelangsungan dan pemanfaatan energi dalam negeri untuk kepentingan masyarakat.

Nicke memastikan pihaknya terus berupaya mencari jalan tengah demi meastikan peran Pertamina dapat tetap dilaksanakan.

Bahkan Nicke melanjutkan, untuk harga gasoline yang ada di Indonesia tergolong kompetitif di wilayah Asia Tenggara. Indonesia masih berada di bawah Malaysia namun mengungguli negara-negara Asia Tenggara lain.

"Kalau trading company sudah mudah saja kami beli, kami jual, tinggal biaya distribusi. Simpel pak. Tapi tidak sesederhana itu kami sebagai BUMN. Ketika nanti ada aturan apapun dari pemerintah, kami akan ikuti. Tapi saya ingin jelaskan seperti itu," tandas Nicke.

Baca Juga: Harga minyak WTI ditutup di level -US$ 37,63 per barel di New York, ini yang terjadi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×