Reporter: Agustinus Beo Da Costa | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Selama semester I-2014, kinerja perusahaan jasa pertambangan, PT Petrosea Tbk (PTRO) mengalami penurunan, baik dari pendapatan maupun laba bersih. Pada periode tersebut Petrosea Tbk membukukan pendapatan sebesar US$ 169,1 juta atau turun 7% dari pendapatan pada semester I-2013 sebesar US$ 182,03 juta.
Demikian pula dengan laba bersih pada semester I-2014 yang hanya sebesar US$ 2,68 juta atau turun 75% dari laba bersih pada semester I-2013 sebesar US$ 10,76 juta.
Sekretaris Perusahaan Petrosea Tbk Meinar Kusumastuti menyatakan, penurunan pendapatan dan laba bersih perusahaan terjadi akibat penurunan produksi lapisan tanah penutup batubara alias overburden. Pada semester I-2013 produksi overburden sebesar 71,1 juta bank cubic meter (bcm), turun tipis menjadi 70,3 juta bcm pada semester I 2014 yang lalu.
Produksi overburden pada semester I-214 ini setara dengan 46,5% dari target produksi overburden Petrosea sepanjang tahun 2014 yakni sebesar 151,1 juta bcm.
"Penurunan produksi overburden ini dipicu oleh revisi rencana produksi perusahaan klien menyusul kondisi pasar batubara yang masih melemah," ungkap Meinar Kusumastuti kepada KONTAN Selasa (19/8). Alhasil, pendapatan dari jasa pertambangan pada semester I-2014 hanya US$ 2,08 per bcm atau turun US$ 0,17 dari periode yang sama tahun lalu.
Perlu diketahui, sekitar 86% dari pendapatan perusahaan berasal dari bisnis kontrak jasa pertambangan. Saat ini Petrosea memiliki 38 armada dengan kapasitas per tahun 169 juta bcm. Lalu 10% pendapatan berasal dari jasa logistik dan sisanya dari bisnis engineering and construction.
Menurut Meinar, total kontrak Petrosea hingga enam bulan pertama 2014 sebesar US$ 1,6 miliar. Periode ini hanya satu satu kontrak baru dari PT Indonesia Pratama.
Sekadar mengingatkan pada 27 Juni 2014, Petrosea menandatangani jasa pertambangan dan penyewaan dengan PT Indonesia Pratama, anak usaha PT Bayan Resources Tbk. Kontrak ini untuk mengeruk overburden sebesar 71,8 juta bcm dengan jangka waktu 7 tahun.
Pada paruh pertama 2014 Petrosea juga telah merogoh belanja modal sebesar US$ 19,9 juta. Angka ini setara dengan 41,45% dari alokasi belanja modal PTRO selama tahun 2014 sebesar US$ 48 juta. Sebagian besar dari dana belanja modal ini digunakan untuk pemeliharaan alat berat.
Hingga akhir 2014, manajemen PTRO menargetkan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih naik 10% dari pendapatan dan laba bersih pada tahun 2013. Adapun penjualan tahun lalu US$ 360 juta, dengan laba bersih US$ 17 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News