Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Radiant Utama Interinsco Tbk (RUIS) menaksir anjloknya harga minyak yang diiringi dengan efek gulir pandemi corona (Covid-19) bakal menurunkan kinerja pendapatan. Emiten jasa penunjang minyak dan gas (migas) ini pun tengah atur strategi agar penurunan lebih dalam bisa diantisipasi.
Direktur Utama RUIS Sofwan Farisyi mengungkapkan, capaian kinerja hingga periode Kuartal I sebetulnya masih on-track terhadap target RUIS di tahun ini, yakni peningkatan pendapatan dan laba di kisaran 15%-20% dibandingkan tahun 2019.
Baca Juga: Strategi Elnusa (ELSA) pertahankan arus kas saat ada gempuran corona dan harga minyak
"Tapi dengan adanya kondisi saat ini, maka seluruh target yang dicanangkan tersebut terpaksa harus dihitung ulang karena terlihat sudah tidak realistis lagi untuk dicapai dalam kurun Q2-Q4 2020," ungkap Sofwan saat dihubungi Kontan.co.id, belum lama ini.
Sebaliknya, berdasarkan prediksi awal, Sofwan mengatakan bahwa diperkirakan pendapatan RUIS justru akan menurun di kisaran 15%-17%. Meski begitu, sambungnya, RUIS masih terus melakukan pemantauan dari setiap kontrak, termasuk hasil renegosiasi beberapa kontrak dengan klien. "Sehingga diharapkan setelah Lebaran atau di akhir Q2 baru dapat diperkirakan secara lebih pasti hasilnya," sambung Sofwan.
Lebih lanjut, ia menerangkan bahwa antisipasi penurunan perolehan nilai kontrak di tahun berjalan merupakan tantangan utama RUIS dalam menjaga kinerja. Menurut Sofwan, potensi penurunan utilisasi dari kontrak berjalan berakibat pada penurunan pendapatan, yang pada akhirnya bakal menurunkan laba perusahaan.
"Dalam hal ini, manajemen telah mengeluarkan beberapa arahan di seluruh aspek bisnis untuk menahan lebih lanjut penurunan kinerja yang mungkin terjadi," ujar Sofwan.
Baca Juga: Aturan izin pertambangan rakyat dalam revisi UU Minerba diminta diperketat, kenapa?
Ia memaparkan, dari sisi aspek komersial, pemilihan tender yang lebih bersifat menghasilkan quick yield akan lebih diutamakan. Begitu halnya dengan peninjauan ulang profil klien untuk meminimalkan potensi bad debt.
Sementara dari sisi operasional usaha, RUIS berupaya mendapatkan best deal dari usulan renegosiasi kontrak klien. Di samping itu, RUIS juga melakukan renegosiasi ulang dengan major vendor, terutama terkait dengan jangka waktu pembayaran dan mempercepat perputaran modal kerja di proyek.
Dari sisi organisasi, RUIS sedang melakukan kajian ulang terhadap struktur organisasi serta sumber daya pendukung. "Sehingga potensi-potensi efisiensi dapat diperoleh dan dieksekusi secepatnya," kata Sofwan.
Adapun dari sisi finansial, Sofwan mengatakan bahwa pihaknya sedang melakukan pemetaan terhadap potensi efisiensi yang dapat dilakukan pada pengelolaan utang bank. "Juga dampak dari adanya relaksasi aturan dan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam memberikan stimulus bagi perekonomian domestik," imbuhnya.
Baca Juga: Ini isu pokok dan pendukung dalam Revisi UU Minerba
Berdasarkan laporan keuangan 2019, kewajiban RUIS kepada bank dan lembaga keuangan lainnya ialah sebesar Rp 540 miliar. Dari angka itu, 80% diantaranya merupakan pinjaman modal kerja jangka pendek yang bersifat revolving loan untuk proyek-proyek yang sedang dikerjakan.
"Tatacara penarikannya disesuaikan dengan kebutuhan proyek serta pembayarannya juga langsung dari hasil pembayaran tagihan proyek-proyek tersebut," terang Sofwan.
Sedangkan untuk bagian utang jangka pajang yang jatuh tempo di tahun 2020 ialah untuk proyek pengembangan MOPU yang sumber pembayarannya sesuai dengan tahapan pekerjaan. "Beberapa diantaranya sudah diselesaikan dan dibayarkan oleh klien," tambahnya.
Adapun, rasio kewajiban RUIS kepada bank dan lembaga keuangan lainnya terhadap ekuitas berada di 1,25x. "Perusahaan akan terus berusaha untuk melakukan percepatan atas perputaran modal kerja untuk seluruh proyek yang sedang dikerjakan, agar dapat terus tumbuh secara berkelanjutan," tandas Sofwan.
Baca Juga: Jasa Armada Indonesia (IPCM) catatkan kinerja positif sepanjang triwulan I 2020
Dalam catatan Kontan.co.id, dari periode Januari hingga Maret 2020, RUIS telah menggenggam tender baru di kisaran Rp 400 miliar. Tender tersebut untuk pengerjaan operation support services dalam jangka dua tahun. Pada tahun ini, RUIS juga menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 80 miliar.
Sepanjang tahun lalu, RUIS berhasil menorehkan kinerja yang ciamik dengan pendapatan sebesar Rp 1,59 triliun atau tumbuh 22,30% dari pendapatan Rp 1,30 triliun pada tahun 2018. Laba bersih perusahaan ini juga meningkat 22,29% menjadi Rp 33,08 miliar ketimbang tahun 2018.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News