Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) terus berupaya menyalurkan listrik ke kawasan 3T atau Tertinggal, Terdepan, dan Terluar guna mewujudkan keadilan energi untuk seluruh masyarakat Indonesia. Sepanjang bulan Agustus, PLN berhasil melistriki 20 Desa dan 1 Dusun di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Kehadiran listrik mampu membawa banyak dampak dalam kehidupan masyarakat. Mulai dari menggerakkan roda perekonomian, meningkatkan kualitas pendidikan, hingga kesejahteraan.
Misalnya di Desa Mbueain, Kecamatan Rote Barat, Kabupaten Rote Ndao yang mayoritas warganya bermata pencaharian sebagai nelayan. Hadirnya listrik di desa tersebut memberikan nilai tambah ikan-ikan hasil tangkapan warga.
Baca Juga: Dirut PLN buka suara soal pembatasan produksi listrik EBT, begini penjelasananya
Kepala Desa Mbueain Fedi Ontiel Bobby bercerita, selama ini hasil tangkapan nelayan hanya dijual untuk konsumsi sendiri. Untuk mengawetkan ikan, warga harus mencari es batu ke Nembrala, Oenitas, atau Dela dengan harga Rp 1.000 per batang atau Rp 200.000 per boks. Es batu tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan selama 2 sampai 3 hari.
“Sekarang sudah ada listrik, kami bisa membuat sendiri es batu dan pengawetan ikan juga menjadi lebih murah,” imbuh dia dalam siaran pers di situs PLN, Kamis (27/8).
General Manager PLN Unit Induk Wilayah NTT Agustinus Jatmiko menyampaikan, untuk melistriki 21 lokasi yang ada, PLN membangun jaringan tegangan menengah (JTM) sepanjang 131,66 kilometer sirkuit (kms), jaringan tegangan rendah (JTR) sepanjang 144,15 kms, dan 43 buah gardu distribusi dengan total kapasitas 1.975 kiloVolt Ampere (kVA).
Adapun 21 lokasi tersebut yaitu Desa Mbueain, Desa Oebela dan Desa Kuli di Rote; Desa Kiuoni, Desa Nano, Desa Sabun, Desa Leonmeni, Desa Baus, dan Desa Fatu Manufui di Kabupaten Timor Tengah Selatan; Desa Lukukamaru di Kabupaten Sumba Timur; Desa Satar Punda, Desa Satar Punda Barat, Desa Liang Deruk, Desa Nampar Tabang, Desa Satar Kampas, Desa Satar Padut, Desa Mokel, Desa Golo Meni, dan Desa Rana Mbeling di Kabupaten Manggarai Timur; Desa Wokowoe di Kabupaten Nagekeo; serta satu Dusun Kloat di Kabupaten Sikka.
Baca Juga: Menilik progres megaproyek 35.000 MW yang diproyeksi bakal kembali molor
Hingga bulan Juli 2020, rasio elektrifikasi Provinsi NTT telah mencapai 86,13%. Sedangkan hingga bulan Agustus 2020, rasio desa berlistrik telah mencapai 94,33%.
“Kami terus berupaya melistriki desa-desa terpencil yang ada di NTT agar keadilan energi bagi seluruh rakyat Indonesia dapat terwujud,” ungkap Agustinus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News