kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.455.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.205   -50,00   -0,33%
  • IDX 7.776   32,73   0,42%
  • KOMPAS100 1.211   18,46   1,55%
  • LQ45 985   12,06   1,24%
  • ISSI 229   2,52   1,11%
  • IDX30 504   7,40   1,49%
  • IDXHIDIV20 609   9,30   1,55%
  • IDX80 138   1,54   1,13%
  • IDXV30 142   0,84   0,59%
  • IDXQ30 169   2,23   1,34%

Penetrasi Lemah, KPI Tawar Harga Konten Pay TV


Senin, 14 September 2009 / 18:09 WIB


Reporter: Nadia Citra Surya | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Tak cuma berniat menertibkan pay TV daerah yang terindikasi melakukan operasi ilegal atau membajak siaran TV berlangganan, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) juga berencana meminta penurunan harga konten para penyedia siaran premium, seperti HBO, ESPN, dan National Geographic.

"Kami akan menyampaikan hal tersebut dalam pertemuan dengan CASBAA November nanti," ujar Bimo Nugroho Komisioner KPI kepada KONTAN.

The Cable & Satellite Broadcasting Association of Asia (CASBAA) sendiri merupakan asosiasi para penyedia konten asing yang selama ini memasok siaran untuk kebutuhan berbagai TV berlangganan.

Menurut Bimo langkah tersebut sengaja diambil untuk bisa meningkatkan penetrasi pelanggan TV berbayar. Pasalnya, meski merupakan negara dengan jumlah penduduk besar, pelanggan pay TV belum sebesar yang diharapkan.

"Soalnya pendapatan per kapita kita jauh di bawah beberapa negara tetangga," terang Bimo. KPI menduga hal tersebutlah yang membuat pembajakan siaran marak di Indonesia.

"Dari 10 juta penduduk Indonesia yang merupakan segmen marketing pay TV, baru 10%-nya yang berlangganan," ujar Arya Mahendra Sinulingga Sekretaris Asosiasi Penyelenggara Multimedia Indonesia (APMI). Artinya, di seluruh Indonesia, tidak lebih dari 1 juta rumah tangga yang menjadi pelanggan TV berbayar.

Meski demikian, Arya tidak yakin usaha KPI akan berhasil. Pasalnya dibandingkan negara-negara di ASEAN, harga konten yang diterima pay TV di Indonesia relatif sama. "Bahkan lebih murah dibandingkan harga yang dipasarkan di Singapura," cetus Arya.

Lemahnya penetrasi pay TV di Indonesia lebih karena persoalan kultur. "Masyarakat Indonesia tak terbiasa menonton pay TV saking banyaknya TV terrestrial," cetusnya. Hal tersebut yang memicu lambatnya perkembangan pay TV di Indonesia.

Meski begitu, KPI tetap optimistis peluang pay tv di Indonesia masih menarik. Menurut Bimo, peluang pasar yang lebih besar bakal didapat para penyedia konten dengan memberikan harga yang lebih terjangkau. "Penduduk Indonesia yang sangat besar merupakan peluang pasar potensial," kata Bimo.

Di Indonesia, sedikitnya ada delapan pay TV nasional yang berebut pelanggan. Mereka adalah PT MNC Sky Vision operator Indovision dan Top TV, PT Indonusa Telemedia operator TELKOMVision dan YesTV, First Media, dan Indosat Mega Media (IM2).

Sementara itu, gara-gara krisis keuangan global menerjang, dua pay TV yang memiliki jumlah pelanggan terbanyak di Indonesia, yakni Indovision dan TELKOMVision justru tengah memangkas target pelanggan.
Indovision yang kini memiliki 580.000 pelanggan memangkas target pelanggan di akhir tahun dari 1 juta menjadi 750.000 pelanggan saja. Sementara, TELKOMVision yang saat ini memiliki pelanggan 235.000 hanya mematok target pelanggan 350.000 orang dari target awal 420.000.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung Supply Chain Management on Distribution Planning (SCMDP)

[X]
×