kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pengamat Masih Pertanyakan Standarisasi Kendaraan yang Dilarang Konsumsi Pertalite


Selasa, 28 Juni 2022 / 17:34 WIB
Pengamat Masih Pertanyakan Standarisasi Kendaraan yang Dilarang Konsumsi Pertalite
ILUSTRASI. Petugas salah satu SPBU Pertamina di Jakarta mengisi bahan bakar minyak (BBM)./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/30/11/2020.


Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana pemerintah yang hendak membatasi jenis kendaraan tertentu untuk membeli BBM jenis Pertalite masih menimbulkan pertanyaan. Asal tahu saja, Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) tengah mengkaji rencana pelarangan pembelian Pertalite untuk mobil dengan kapasitas di atas 2.000 cc.

Pengamat Otomotif Bebin Djuana mengatakan, pada saat ini dunia memang sedang mengalami periode yang sulit di sektor energi, sehingga setiap kebijakan yang sedang dirancang juga tidak mudah untuk diwujudkan. Ia pun masih menyangsikan klasifikasi mobil mewah yang jadi sasaran pemerintah dalam penerapan pembatasan konsumsi Pertalite.

“Apakah, mesin berkapasitas di atas 2.000 cc itu sudah pasti mobil mewah?,” ujar dia melontarkan pertanyaan retoris, Selasa (28/6).

Baca Juga: Sejumlah Produsen Mobil Tanggapi Rencana Pembatasan Pembelian BBM Pertalite

Ia berpendapat, masalah yang kerap terjadi saat ini adalah beberapa pengendara mobil mewah acap kali ditemukan masih mengisi bahan bakarnya dengan Pertalite. Bisa saja tindakan tersebut akibat ketidaktahuan sang pengendara terkait teknis mesin mobil, padahal sudah jelas bahwa Pertalite tidak tepat untuk mobil mewah.

Di sisi lain, petugas pengisi BBM sulit membedakan mana mobil mewah dan mana yang bukan termasuk mobil mewah. Belum lagi, ada pengendara mobil non mewah tetapi justru tidak memanfaatkan kuota BBM bersubsidi. Kondisi ini tentu menambah rumit memilah pihak-pihak mana saja yang layak memakai BBM bersubsidi ataupun sebaliknya.

Terlepas dari itu, Bebin berharap para konsumen dapat lebih cerdas dan cermat dalam memilih mobil yang benar-benar hemat, bukan yang hanya sekadar dijanjikan hemat. “Jika keuangan memungkinkan, sudah waktunya konsumen untuk beralih ke kendaraan hybrid atau listrik,” tandas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×