kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pengamat: Pencampuran Pertamax dengan Bioetanol Tidak Tepat, Harga Lebih Mahal


Rabu, 22 Februari 2023 / 03:59 WIB
Pengamat: Pencampuran Pertamax dengan Bioetanol Tidak Tepat, Harga Lebih Mahal
ILUSTRASI. ESDM) berencana untuk mencampurkan bioetanol atau bahan bakar nabati dengan Pertamax atau BBM dengan kadar RON 92. WARTA KOTA/HENRY LOPULALAN


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berencana untuk mencampurkan bioetanol atau bahan bakar nabati dengan Pertamax atau BBM dengan kadar RON 92. 

Apa pendapat pengamat terkait dengan hal tersebut?

Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radhi menilai pencampuran 5 persen bioetanol ke BBM Pertamax pada dasarnya menyumbang hanya sedikit pada pengurangan emisi CO2. 

“Upaya blending atau pencampuran, apakah untuk BBM jenis Pertamax atau Pertalite dengan bietanol tidak tepat sama sekali. Karena untuk menggunakan BBM (bersih), kadarnya hanya 5 persen, menurut saya sisanya masih kotor,” ujar Fahmy saat dihubungi Kompas.com, Selasa (21/2/2023). 

Di sisi lain, Fahmy menilai blending bioetanol dengan Pertamax, hanya akan membuat harga BBM mengalami kenaikan. 

Misalkan, jika blending dilakukan pada Pertalite, dari harga Rp 10.000 per liter menjadi Rp 12.000 per liter. 

Baca Juga: ​Update Daftar Harga BBM Terbaru Per 1 Februari 2023: Pertalite, Pertamax, Dll

“Dengan blending itu harganya kan jadi lebih mahal, karena untuk Pertalite yang harga Rp 10.000, dengan blending itu menjadi Rp 12.000. Dengan begitu, nanti subsidinya jadi naik, begitu juga dengan Pertamax,” lanjutnya. 

Dia menuturkan, dari pengalaman sebelumnya untuk BBM jenis Premium juga dilakukan blending. Upaya menaikkan kualitas BBM melalui blending dinilai hanya akan menambah biaya, namun hasil yang diharapkan tidak signifikan. 

“Ini biayanya akan lebih mahal dan tidak ada harga preferensi, atau berapa harga sebenarnya. Jadi kalau Pertamax dicampur bioetanol, akan kesulitan mendapat berapa harga sebenarnya,” kata Fahmi. 

Fahmi menjelaskan, pengembangan bioetanol 100 persen, lebih efektif daripada 5 persen. Namun demikian, kendala yang terjadi adalah penguasaan teknologi yang masih belum memumpuni. 

“Lebih baik bioetanol 100 persen, lebih efektif, atau bioetanol yang dikembangkan secara invovatif dikembangkan sebagai BBM yang bersih. Tapi memang pengalaman di Biodiesel baru sampai B35, untuk mencapai B100 butuh teknologi,” ujarnya. 

Baca Juga: Harga BBM Pertamax Turbo dan Pertamina DEX Naik per 1 Februari

“Indonesia harus kerja sama dengan negara lain, jadi lebih baik mengembangkan bioetanol menjadi BBM bersih lingkungan, daripada mencampur dengan Pertamax,” sambungnya. 

Sebelumnya, Kementerian ESDM menyebutkan, pihaknya berencana untuk mencampur Bioetanol dengan Pertamax. Hal ini dilakukan mengingat komponen harga pembentuk Pertamax sama dengan Bioetanol. Di sisi lain, akan ada harga tambahan yang dibebankan. 

Hingga berita ini diturukan, Kompas.com masih menunggu jawaban dari Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Dadan Kusdiana terkait rencana tersebut.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pertamax Bakal Dicampur Bioetanol, Pengamat: Harganya Akan Lebih Mahal"
Penulis : Kiki Safitri
Editor : Yoga Sukmana

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×