kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,70   -25,03   -2.70%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pengamat: Penghapusan BBM jenis premium perlu diimbangi penurunan harga pertamax


Minggu, 15 November 2020 / 14:30 WIB
Pengamat: Penghapusan BBM jenis premium perlu diimbangi penurunan harga pertamax
ILUSTRASI. Petugas dengan menggunakan oakaian adat melayani pengendara untuk mengisi bahan bakar minya di SPBU kawasan Nusa Dua, Bali.? KONTAN/Fransiskus Simbolon.


Reporter: Dimas Andi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana penghapusan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis premium dalam waktu dekat dinilai menjadi langkah yang tepat jika benar-benar diwujudkan. Namun, terdapat beberapa catatan yang perlu diperhatikan pemerintah maupun PT Pertamina (Persero) agar penghapusan premium tersebut berjalan dengan baik.

Dalam berita terdahulu, Direktur Jenderal Pengendalian dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan MR Karliansyah mengatakan, Pertamina akan menghapus BBM jenis Premium mulai 1 Januari 2021 mendatang. Kebijakan ini dimulai dari wilayah Jawa, Madura, dan Bali (Jamali).

Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi menilai, rencana penghapusan Premium merupakan sesuatu yang positif. Hal ini sesuai dengan amanat dalam Peraturan Menteri LHK No. 20 Tahun 2017 yang terkait batasan Research Octane Number (RON).

“Berdasarkan aturan tersebut, harus diutamakan penggunaan BBM yang ramah lingkungan,” ujar dia saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (15/10).

Fahmy juga berujar, Premium sebenarnya sudah tidak dijual lagi di pasar internasional sejak beberapa tahun lalu. Impor Premium biasanya dilakukan dengan cara blending di kilang minyak Singapura dan Malaysia.

Baca Juga: BBM Premium akan dihapus, para pakar sudah mendukung

Dengan kondisi tidak adanya harga patokan untuk Premium, tidak menutup kemungkinan mafia migas bakal merecoki impor BBM tersebut. “Hal berbeda terjadi pada Pertamax yang harganya bisa dipantau di pasar internasional,” imbuhnya.

Menurutnya, penghapusan Premium yang disertai peralihan menuju BBM berkualitas tidak akan merugikan pengusaha Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) dari segi komersial. Hanya masalahnya, konsumen bisa jadi keberatan apabila tidak diberikan insentif sebagai bentuk apresiasi atas penggunaan BBM beroktan tinggi.

Karenanya, ia berharap Pertamina terus konsisten memberikan program promo atau diskon pada produk-produk BBM seperti Pertamax atau Dexlite Series yang notabene lebih ramah lingkungan.

Bahkan, jika perlu, Pertamina sebenarnya bisa mengambil inisiatif untuk mulai menurunkan harga Pertamax dan produk BBM beroktan tinggi lainnya untuk merangsang konsumsi dari masyarakat. Ini mengingat pelemahan ekonomi akibat pandemi Covid-19 membuat masyarakat lebih berhati-hati mengkonsumsi produk berharga mahal.

“Harga minyak dunia juga sampai saat ini berada di level yang lebih rendah dibandingkan sebelum masa pandemi, sehingga ruang penurunan harga BBM pertamax masih terbuka,” ungkap Fahmy.

Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak jenis West Texas Intermediate dan Brent per Jumat (13/11) sama-sama berada di kisaran level US$ 40 per barel.

Selain itu, masih kata Fahmy, ketika kebijakan penghapusan Premium mulai dilaksanakan secara bertahap, Pertamina juga mesti mempercepat proses pembangunan kilang-kilang minyak yang mendukung produksi BBM dengan standar Euro 4. 

Hal ini penting supaya Pertamina dapat mengurangi ketergantungan impor BBM di masa mendatang, termasuk BBM berkualitas yang permintaannya berpotensi meningkat drastis ketika Premium dihapus.

Selanjutnya: Pertamina jual pertalite dengan harga khusus di Serang dan Cilegon

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×