kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pengamat: Tidak benar e-commerce 4.0 akan meniadakan offline


Rabu, 20 Februari 2019 / 16:33 WIB
Pengamat: Tidak benar e-commerce 4.0 akan meniadakan offline


Sumber: Warta Kota | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengamat ekonomi Yustinus Prastowo menilai, e-commerce di Indonesia memasuki revolusi e-commerce 4.0 tidak akan mematikan toko offline.

"Tidak benar e-commerce 4.0 akan meniadakan offline, tapi integrasi," kata Yustinus saat diskusi bersama Ipsos Indonesia mengenai riset E-commerce 4.0 What's Next, Selasa (19/2).

Sebenarnya, e-commerce di Indonesia terus berkembang sejak pertama kemunculannya.

Lembaga riset Ipsos Indonesia mencatat platform e-commerce di Indonesia sudah ada pada era 1990-an.

Menurut catatan mereka, salah satu pelopor pada e-commerce 1.0 tersebut adalah Indonet.

Akan tetapi, platform mereka berbeda dengan e-commerce yang sekarang ada.

E-commerce pada waktu itu berupa katalog elektronik berupa harga dan deskripsi produk. Pemain lainnya, Bhinneka muncul pada era berikutnya E-commerce 2.0.

Karakteristik e-commerce pada zaman ini berbeda dengan generasi sebelumnya. Kemudian e-commerce menjadi kanal resmi untuk mendatangkan pendapatan bagi perusahaan.

Perkembangan pesat e-commerce selama lima tahun terakhir akhirnya menghadirkan e-commerce 3.0, berupa platform marketplace dan terpisah dari perusahaan induk.

Banyak e-commerce menggandeng banyak pihak untuk masuk ke platform mereka. Memasuki era e-commerce 4.0, banyak kekhawatiran e-commerce akan menggantikan toko fisik melihat situasi saat ini.

Padahal menurut Yustinus anggapan tersebut merupakan persepsi salah paham. "E-commerce 4.0 itu kolaborasi," kata Yustinus seperti dilansir Antaranews.com.

Kolaborasi antara toko online dengan toko offline dikenal dengan istilah online to offline atau O2O.

Misalnya berbelanja melalui platform online kemudian mengambil barang langsung di toko fisik terdekat.

Kolaborasi O2O, kata Yustinus, akan menciptakan lapangan pekerjaan baru karena sistem ini membutuhkan gerai fisik atau gudang (warehouse).

CEO Blibli.com menyatakan sejak beberapa waktu belakangan mereka menggarap sektor O2O sebagai salah satu kanal penjualan.

"Tujuan kami bukan mematikan toko, online ini menjadi salah satu kanal," kata Kusumo.

Konsumen yang datang langsung ke toko yang bekerja sama dengan Blibli dapat merasakan semua fasilitas online, misalnya program cicilan.




TERBARU

[X]
×