kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pengembang mulai melirik peluang bisnis dari co-working space


Selasa, 02 Juli 2019 / 18:19 WIB
Pengembang mulai melirik peluang bisnis dari co-working space


Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Perubahan gaya hidup saat ini membuat pola kerja juga berubah. Saat ini, banyak milenials yang bisa kerja dimana saja dan kapan saja. Kondisi ini juga membuat menjamurnya ruang kerja bersama (co-working space), rupanya kesempatan ini juga dilirik pengembang properti.

Saat ini, pengembang properti mulai melirik segmen bisnis tersebut untuk meningkatkan pendapatan recurring income miliknya selain dari penyewaan pusat belanja. Beberapa pengembang bahkan mengelola co-working space sendiri sedangkan yang lainnya menggandeng operator co-working space yang sudah ada.

PT Urban Jakarta Propertindo Tbk (URBN) misalnya menyampaikan secara khusus menyediakan ruang komersial untuk co-working space. Saat ini, dari keempat proyek existing URBN seluruhnya akan dilengkapi dengan ruang kerja bersama untuk mendulang pendapatan berulang.

Tri Rachman Batara, Direktur Pengembangan Bisnis URBN menjelaskan, sejauh ini pihaknya mempersiapkan diri untuk mengoperasikan area komersial tersebut sendiri. Hanya saja, masih banyak pertimbangan yang dilakukan ke depannya dan kemungkinan untuk menggandeng operator masih terbuka.

"Tidak menutup kemungkinan untuk menggandeng operator profesional jika lebih menguntungkan berdasarkan pertimbangan operasional dan komersial," ujar kepada Kontan.co.id, Selasa (2/7).

Batara menjelaskan dengan rencana mengoptimalisasi ruang-ruang komersial, nantinya kontribusi pendapatan recurring akan cukup baik untuk jangka menengah. Sebab, manajemen tidak hanya mencuil pendapatan dari penjualan properti tetapi juga ruang komersial baik co-working space maupun penyewaan dalam bentuk lain.

"Setelah area komersial seluruhnya terbangun dan produktif, kami mengharap dalam jangka menengah 5-10 tahun, recurring income kami dapat mencapai 40% dari total income," lanjutnya.

Sementara itu, PT Intiland Development Tbk (DILD) sudah lebih dahulu menjejakkan kaki di bisnis tersebut. Manajemen menyampaikan sejak tahun 2012 telah meluncurkan co-working space miliknya yakni Sub-co di Surabaya. Sampai dengan saat ini sudah terdapat tiga Sub-co yang terletak di Darmo Harapan dan Spazio Tower, Surabaya.

"Saat ini kami memiliki sejumlah rencana pengembangan co-working space baru di sejumlah pengembangan proyek, baik perkantoran maupun apartermen," ujar Theresia Rustandi, Sekretaris Perusahaan DILD.

Bisnis co-working space sejauh ini memang belum berkontribusi signifikan terhadap pendapatan DILD. Hanya saja, dengan semakin besarnya ruang-ruang komersial yang dimanfaatkan untuk co-working space ke depan kontribusinya akan semakin membaik terhadap pendapatan perusahaan.

"Mempertimbangkan bisnis co-working masih baru, kontribusi terhadap recurring income masih relatif kecil. Namun ke depan, kami yakin bisnis co-working space akan berkembang pesat, karena mampu menjadi alternatif jawaban atas kebutuhan terhadap ruang bekerja yang fleksibel dan efisien," lanjutnya.

Sementara itu, PT Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk (RBMS) juga mulai melirik segmen tersebut. Mulai tahun ini manajemen menargetkan bisa menggarap bisnis co-working space menggandeng operator go-work. Nantinya, ruang perkantoran yang iddle di bilangan Fatmawati akan disulap menjadi co-working space.

"Sementara ini satu dulu, kalau nanti kami lihat demand-nya bagus ya kami akan tambah lagi lokasinya," tutup Michella Ristiadewi, Direktur RBMS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×