kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pengembangan kendaraan listrik masih dihadang setumpuk PR


Rabu, 16 Mei 2018 / 20:30 WIB
Pengembangan kendaraan listrik masih dihadang setumpuk PR
ILUSTRASI. Pengisian ulang baterai mobil listrik BMW i8


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Masih banyak pekerjaan rumah bagi pengembangan kendaraan listrik di Indonesia. Tiap pelaku industri masih menantikan aturan dan bantuan dari pemerintah.

Kukuh Kumara, Sekretaris Umum Gabungan Industri Otomotif Indonesia (GAIKINDO) menjelaskan perlu ada pengkajian lebih lanjut soal pentingnya kendaraan listrik. Menurutnya Pemerintah dan tiap stakeholder perlu berhati-hati dalam pengembangan kendaraan listrik.

"Ada beberapa negara coba kembangkan tapi gagal. Ada juga merek yang coba perkenalkan kendaraan hybrid tapi tidak laku," kata Kukuh kepada KONTAN (16/5).

Menurutnya saat ini perlu ada kajian untuk lingkungan hidup secara menyeluruh. Sebab bila berbicara lingkungan hidup, saat ini Pembangkit Listrik di Indonesia juga kebanyakan menggunakan batubara, yang notabene tidak ramah lingkungan. "Jangan sampai memindahkan lokasi polusinya saja," tambahnya.

Selain itu, bahan baku komponen utama kendaraan listrik adalah Baterai. Saat ini belum ada sistem pengolahan limbah baterai. Padahal baterai punya kandungan lithium yang berbahaya bila tidak didaur ulang secara baik. "Saat ini baterai hanya diproduksi Cina, Korea Selatan dan Jepang. Kita tentu tidak mau jadi bergantung sebagai importir," katanya.

Selain itu infrastuktur pendukung seperti stasiun bahan bakar listrik perlu ada. Ditambah voltase tiap stasiun perlu ditingkatkan dari standar 220 Volt menjadi minimal 400 volt agar pengisian bahan bakar listrik bisa lebih cepat.

Adapun untuk saat ini Gaikindo belum memberikan kajian lebih lanjut soal pengembangan kendaraan listrik ini ke pemerintah. Menurutnya saat ini Gaikindo baru memberikan kajian soal harmonisasi pajak kendaraan roda empat. "Sehingga regulasi kami belum mengetahui sudah sampai di Kementerian mana," tambahnya.

Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Warih Andang Tjahjono memasuki era mobil listrik perlu ada banyak persiapan. Mulai dari persiapan teknis kendaraannya, infrastruktur, regulasi dan juga sumber daya manusianya (SDM).

"Investasinya tentu lebih besar dari kendaraan konvensional. Hal ini karena komponen dalamnya juga berbeda dengan konvensional," kata Warih kepada KONTAN beberapa saat lalu.

Selain itu, perlu ada sosialisasi bagi konsumen. Agar konsumen dapat mengetahui manfaat dari kendaran listrik. Kemudian perlu ada infrastuktur yang juga disediakan. Seperti misalnya stasiun pengisian listrik.

Kemudian Warih juga mengingatkan perlu ada regulasi yang kompetitif dengan negara lain. Jika sudah kompetitif, membuat investor akan mau datang menanamkan modalnya. "Perlu juga ada identifikasi komponen mana yang bisa diproduksi lokal," tambahnya.

Secara terpisah pelaku industri komponen masih dalam tahap persiapan. "Untuk saat ini kami sedang dalam tahap mempersiapkan diri," kata Hamdani Dzulkarnaen Salim, Ketua Umum Gabungan Industri Alat-alat Mobil dan Motor (GIAMM) kepada KONTAN, Rabu (16/5).

Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto menjelaskan beberapa saat lalu bahwa, tren industri otomotif ke depan secara global adalah menuju ke arah produksi kendaraan yang energy efficient dan environmental friendly. “Bagi Indonesia, sesuai komitmen pada COP21 untuk mengurangi emisi CO2 sebanyak 29 persen atas usaha sendiri dan 41 persen dengan bantuan Internasional di tahun 2030, kami telah menyiapkan langkah-langkah dalam rangka mengantisipasi hal- hal tersebut,” paparnya.

Langkah strategis yang telah dilakukan, antara lain melalui program Low Cost Green Car (LCGC) pada tahun 2013, hingga pengembangan Low Carbon Emmission Vehicle (LCEV), termasuk di dalamnya adalah mendorong produksi kendaraan listrik. “Pada tahun 2025, ditargetkan 20% yang diproduksi oleh industri otomotif di Indonesia adalah kendaraan-kendaraan yang ramah lingkungan,” ujar Menperin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×