kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.340.000   -1.000   -0,04%
  • USD/IDR 16.725   0,00   0,00%
  • IDX 8.414   -5,56   -0,07%
  • KOMPAS100 1.163   -1,38   -0,12%
  • LQ45 846   -2,34   -0,28%
  • ISSI 294   -0,29   -0,10%
  • IDX30 440   -1,80   -0,41%
  • IDXHIDIV20 510   -4,13   -0,80%
  • IDX80 131   -0,28   -0,21%
  • IDXV30 135   -0,09   -0,06%
  • IDXQ30 141   -1,39   -0,98%

Penguatan Teknologi Perlu untuk Menekan Tingkat Kecelakaan Motor


Senin, 24 November 2025 / 08:01 WIB
Diperbarui Senin, 24 November 2025 / 08:04 WIB
Penguatan Teknologi Perlu untuk Menekan Tingkat Kecelakaan Motor
ILUSTRASI. Salah satu lahan parkir kendaraan roda dua di perkantoran Jakarta, Senin (26/7).


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Dina Hutauruk

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Edukasi keselamatan perlu diperluas agar masyarakat memahami risiko berkendara, batas kemampuan manusia, hingga peran teknologi dalam mencegah kecelakaan. Dorongan ini mencuat seiring tingginya angka kecelakaan sepeda motor sepanjang 2024.

Data IRMSS Korlantas Polri mencatat lebih dari 1,5 juta pelanggaran lalu lintas yang melibatkan kendaraan roda dua, dengan lebih dari 150.000 kecelakaan dan 26.893 korban jiwa. Kondisi ini menunjukkan edukasi konvensional yang menekankan disiplin belum cukup mengubah perilaku berkendara.

Ketua Dewan Pengawas RSA Indonesia, Rio Octaviano, menegaskan pencegahan kecelakaan tidak bisa hanya bertumpu pada edukasi. Dengan jumlah penduduk berusia di atas 17 tahun mencapai 195 juta jiwa, upaya melatih seluruhnya dalam tiga tahun membutuhkan 5,4 juta peserta per bulan. Bahkan jika diperpanjang hingga sepuluh tahun, targetnya tetap tinggi, yakni 1,6 juta orang per bulan.

“Kalau hanya mengandalkan edukasi, tidak akan mampu dan memang tidak realistis. Jadi lebih baik maksimalkan pilar teknologi,” kata Rio dalam keterangannya, Minggu (23/11/2025).

Baca Juga: Teknologi dan SDM: Schaeffler Siap Ekspansi Manufaktur Suku Cadang di Indonesia

Menurut Rio, pemerintah memiliki ruang besar untuk memperkuat standar teknologi keselamatan pada kendaraan roda dua, mulai dari helm berkualitas hingga sistem pengereman berstandar internasional. Indonesia juga telah meratifikasi standar UN dan mengakui hasil uji regional melalui ASEAN Mutual Recognition Agreement (ASEAN MRA).

Sejumlah negara tetangga sudah lebih maju dalam penerapan teknologi keselamatan. Malaysia, misalnya, menetapkan sistem pengereman ABS sebagai standar wajib untuk motor baru setelah kajian dua tahun oleh Kementerian Transportasi. Teknologi tersebut terbukti menurunkan kecelakaan dan kematian hingga 30%.

Rio menilai Indonesia perlu mengikuti langkah serupa. Menurutnya, anggapan bahwa teknologi keselamatan hanya aksesori tambahan harus dihilangkan. “Motor tanpa teknologi pengereman jauh lebih riskan. ABS bisa menurunkan risiko kecelakaan fatal sekitar 20%–30%. Kalau bicara nyawa manusia, semua yang meningkatkan keamanan harus menjadi prioritas,” ujarnya.

Pandangan serupa disampaikan Pakar Transportasi ITB, R. Sony Sulaksono Wibowo. Ia menekankan teknologi dapat menjadi faktor penentu dalam mencegah kecelakaan fatal. “Data menunjukkan pengendara rata-rata hanya punya 0,75 detik untuk bereaksi sebelum kecelakaan, dan hampir 50% tidak merespons. Kondisi ini bisa dibantu bila kendaraan dilengkapi teknologi keselamatan seperti ABS,” jelasnya.

Selanjutnya: Simak Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham dari Mirae Untuk Awal Pekan (24/11)

Menarik Dibaca: Simak Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham dari Mirae Untuk Awal Pekan (24/11)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag


TERBARU

[X]
×