kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pengusaha grafika protes safeguard coated paper


Sabtu, 11 Oktober 2014 / 14:54 WIB
Pengusaha grafika protes safeguard coated paper
ILUSTRASI. Ekonom mengingatkan, gagal bayar utang AS bisa berdampak ke Indonesia. REUTERS/Shannon Stapleton TPX IMAGES OF THE DAY


Reporter: Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Pengusaha grafika khawatir pemberlakuan safeguard atau perlindungan atas produk kertas jenis coated paper bakal mengerek harga kertas di industri hilir hingga konsumen.

Jimmy Juneanto, Presiden Persatuan Perusahaan Grafika Indonesia (PPGI) bilang, bila safeguard itu diterapkan, industri hilir nasional akan kalah bersaing. Sebab, safeguard otomatis akan mengerek harga jual produk. "Industri hilir bisa terbebani," ujar Jimmy di Kementerian Perindustrian, Jumat (10/10).

Perlu diketahui, safeguard ini diajukan PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk dan PT Pindo Deli Paper Mills. Mereka mengaku industrinya terancam oleh membanjirnya produk impor. Namun, pelaku industri hilir kertas dalam negeri menolak safeguard ini. Sebab, selama ini dua perusahaan tersebut menawarkan harga lebih mahal ketimbang produk yang sama dari luar negeri.

Sebagai gambaran, harga kertas yang dijual Tjiwi Kimia dan Pindo Deli ke pelaku industri hilir dalam negeri sebesar US$ 850 per ton–US$ 900 per ton. Sedangkan harga kertas internasional yang diimpor hanya sekitar US$ 750 per ton–US$ 790 per ton.

Berdasarkan pengamatan PPGI, harga jual produk coated paper di Indonesia lebih mahal 4%-7% ketimbang negara lain di Asia Tenggara. Jimmy mencontohkan, di Thailand, pasokan coated paper didapatkan dari Indonesia, yakni dari PT Tjiwi Kimia dan Pindo Deli. Tapi harganya bisa lebih murah murah.

Anehnya, ketika industri hilir di Indonesia membeli bahan baku yang sama dari kedua perusahaan itu, harganya malah lebih mahal. "Ya jelas kami kalah bersaing dengan negara-negara lain," ujar dia. Pranata, Direktur Hasil Hutan dan Perkebunan Kementerian Perindustrian menjanjikan akan mengakomodasi kedua pihak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×