Reporter: Yudo Widiyanto | Editor: Edy Can
JAKARTA. Momen Ramadan rupanya juga menaikkan biaya logistik. Sebagian pengusaha logistik telah menaikkan tarif angkut sejak akhir bulan lalu. Alasannya, karena permintaan pengiriman barang naik, sementara jumlah kendaraan angkutnya tidak bertambah. Selain itu, biaya operasional juga naik.
Zaldy Ilham Masita, Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI), menyatakan, kenaikan tarif angkutan logistik berkisar 10%-25% dari tarif normal. Menurut Zaldy, beberapa waktu belakangan ini tingkat penggunaan kendaraan atawa ritase kendaraan memang tinggi. "Operasionalnya tinggi, jadi (tarif) kami naikkan," katanya kemarin.
Sebagai gambaran tarif angkut truk medium dari Jakarta menuju Semarang pada bulan biasa hanya mencapai Rp 3,2 juta sekali jalan. Saat ini pemilik logistik harus merogoh kocek hingga Rp 3,6 jutaan. Tarif ini berlaku untuk arah dari daerah menuju Jakarta.
Kenaikan ini terutama bagi logistik barang-barang kebutuhan hari raya seperti sembako, makanan dan minuman, telepon seluler hingga elektronik. Zaldy menyatakan, lebih dari 50% jenis barang yang melonjak adalah berjenis tersebut. "Ini karena konsumsinya meningkat," katanya.
Permintaan pengiriman lebih banyak menggunakan jalur darat dari mobil pickup hingga truk. Menurut Zaldy, ini karena moda transportasi seperti kereta api fungsinya belum maksimal. Padahal belum tentu tiap tahun penyedia jasa logistik mampu memenuhi tingginya permintaan.
Pada bulan Ramadan, kenaikan pengiriman barang ini bisa mencapai 30%-40% bila dibandingkan bulan biasa. Peningkatan ini mulai terasa sejak bulan Juli dan akan terus berlangsung hingga akhir bulan Ramadan.
Nico Ardian, Direktur Operasional PT SSH Group yang beroperasi di Bandar Lampung, menuturkan perusahaannya juga akan menaikkan tarif angkutan antara 10%-25% pada H-15 Lebaran. Soalnya, permintaan angkut para kliennya naik pada hari-hari tersebut. Maka, "Menjelang Lebaran nanti baru kami naikkan," kata Nico.
SSH Group saat ini melayani jasa trucking untuk angkutan sembako makanan dan minuman, hingga bibit sapi impor dengan tujuan rute Pulau Sumatra dan Pulau Jawa. Saat ini SSH Group memiliki ratusan armada dengan berbagai kapasitas angkut.
Nico mengeluhkan bahwa pemerintah tidak serius membenahi lalu lintas. Hingga saat ini masalah utama adalah tingginya antrean di pelabuhan penyeberangan Merak-Bakauheni. Akibatnya beban operasional tinggi. "Biaya jadi meningkat," keluhnya.
Menurut Direktur Utama PT JNE, Johari Zein, dalam waktu dekat akan menambah sekitar 10 kendaraan bermotor, serta menambah jumlah pegawai hingga 300 front liner lagi untuk mengantisipasi tingginya lonjakan permintaan angkutan. "Kami tidak ingin layanan ikut merosot karena lonjakan permintaan saat Ramadan tinggi," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News