kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Peningkatan produksi dan cadangan minyak perlu dilakukan agar defisit migas berkurang


Kamis, 24 Oktober 2019 / 20:44 WIB
Peningkatan produksi dan cadangan minyak perlu dilakukan agar defisit migas berkurang
Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro


Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Salah satu pekerjaan rumah yang mesti diselesaikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terbaru adalah memperbaiki current account deficit (CAD). Apalagi, salah satu penyebab utama pelebaran CAD adalah defisit neraca minyak dan gas (migas).

Sekadar catatan, per September 2019, defisit neraca migas Indonesia tercatat sebesar US$ 6,44 miliar. Hasil ini diperoleh dari nilai impor migas Indonesia yang mencapai US$ 15,86 miliar sedangkan ekspor migas hanya mencapai US$ 9,42 miliar.

Pengamat Energi dari Reforminer Institute Komaidi Notonegoro mengatakan, perbaikan neraca migas bukan perkara mudah dan tidak bisa diselesaikan dalam satu periode pemerintahan saja. Apalagi, defisit neraca migas sudah terjadi sejak tahun 2000.

Baca Juga: SKK Migas paparkan kinerja hulu migas kuartal III-2019, ini progresnya

Hal ini terjadi lantaran kebutuhan migas di dalam negeri yang terus belum mampu diimbangi oleh tingkat produksi yang memadai. “Khusus untuk minyak, konsumsi sudah mencapai 1,6 juta barel, tapi produksi minyak hanya bisa 800 ribu barel,” ujar dia kepada Kontan, Kamis (24/10).

Menurutnya, upaya terbaik yang bisa dilakukan sekarang adalah memperbanyak produksi dan cadangan minyak. Dengan begitu, setidaknya kebutuhan minyak di dalam negeri dapat terpenuhi dan impor berangsur-angsur turun.

Komaidi juga berpendapat, implementasi bauran BBM dengan biodiesel 20% (B20) hanya memberi manfaat bagi neraca migas secara jangka pendek. Terlebih, kebijakan tersebut disubsidi oleh pemerintah. “Risikonya, walau secara moneter menguntungkan, subsidi yang besar juga bisa membebani fiskal kita,” imbuhnya.

Baca Juga: Menkeu Sri Mulyani pastikan kebutuhan Wamen masuk dalam APBN

Justru, ketika harga crude palm oil (CPO) bergerak naik, alangkah baiknya pemerintah memaksimalkan momentum tersebut untuk memperbesar ekspor komoditas ini ke berbagai negara. “Nilai tambah dari ekspor CPO akan lebih terasa sewaktu harganya naik,” kata Komaidi.

Terlepas dari itu, ia berharap Arifin Tasrif yang kini menjadi Menteri ESDM periode 2019-2024 bisa mengemban tugasnya untuk memperbaiki defisit neraca migas. Pasalnya, masalah ini bisa memberi efek domino di tahun-tahun mendatang jika suatu pemerintahan gagal mengatasinya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×