Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bridgestone Tire Indonesia mengaku penjualan produk-produk bannya selama tahun 2022 berjalan cukup dipengaruhi oleh pulihnya industri otomotif nasional.
Meski tidak disebut secara rinci, Managing Director Bridgestone Tire Indonesia Mukiat Sutikno mengatakan, permintaan produk ban Bridgestone di tahun ini berada dalam tren yang positif. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan penjualan mobil yang cukup mentereng.
Terlebih lagi, banyak pabrikan otomotif yang merilis produk mobil baru atau memperbaharui produk mobil lama sepanjang tahun ini.
“Ban yang laris terjual sejauh ini adalah tipe-tipe ban yang dipakai untuk mobil jenis MPV dan SUV, karena segmen ini yang paling besar di Indonesia,” ujar dia, Jumat (12/8).
Baca Juga: Bridgestone Akan Gelontorkan US$ 26,7 Juta untuk Perkebunan Karetnya di Indonesia
Sebagai informasi, Bridgestone menyediakan tipe ban Ecopia yang cocok untuk mobil jenis MPV. Ban ini memiliki low rolling resistance, sehingga ban direkayasa untuk membuat mobil lebih efisien dalam penggunaan bahan bakar.
Sementara untuk SUV, Bridgestone menjual tipe ban Alenza yang karakteristiknya mampu membuat kendaraan lebih terkendali ketika melintas jalan yang basah, sekaligus meningkatkan performa pengeraman. Di sisi lain, penjualan ban Bridgestone untuk mobil listrik cenderung masih minim, mengingat ekosistem elektrifikasi di Indonesia juga masih kecil.
Mukiat yakin selama industri otomotif masih tumbuh secara positif di sisa tahun ini, maka penjualan ban Bridgesone juga akan terus moncer. Sebelumnya, Manajemen Bridgestone disebut memperkirakan penjualan produknya dapat tumbuh 8%-10% di tahun 2022.
Pihak Bridgestone juga membenarkan bahwa harga ban yang dijual olehnya mengalami kenaikan pada tahun ini. Sayangnya, Mukiat tidak membeberkan besaran kenaikan harga produk tersebut.
Baca Juga: Siap Meriahkan GIIAS 2022, Bridgestone Tawarkan Promo Menarik Aneka Ban Berkualitas
Ia bilang, kenaikan harga ban terjadi lantaran harga bahan baku pembuatan ban yang mengalami lonjakan. Pelemahan kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) juga menjadi faktor penyebab terkereknya harga ban di dalam negeri. “Sebenarnya kenaikan harga ban telah terjadi secara global,” katanya.
Belum ada kepastian kapan tren kenaikan harga jual ban berlangsung. Malah, ada potensi kenaikan harga produk tersebut berlanjut sampai akhir tahun ini. Sebab, produsen-produsen ban tidak langsung membebankan lonjakan harga bahan baku ban di waktu sebelumnya kepada konsumen dalam bentuk kenaikan harga produk akhir. “Jadi, kenaikan harga ban yang terjadi sekarang dilakukan secara bertahap,” imbuh Mukiat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News