Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (ASAKI) memproyeksikan penjualan industri keramik mampu bertumbuh 5% hingga 6% di tahun depan. Salah satu faktor pendukungnya dari sektor menengah ke bawah.
Ketua umum Asosiasi Aneka Industri Kermaik Indonesia, Edy Suyanto mengatakan proyeksi tersebut akan ditopang kegiatan pemerintah di sektor menengah ke bawah yakni program pembangunan sejuta rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
"Selain itu juga ada proyek rusunawa, program dana desa dan proyek-proyek lainnya di bidang infrastruktur," jelasya kepada Kontan.co.id, Sabtu (28/12).
Baca Juga: Pengusaha minta Perpres No 40 Tahun 2016 segera direalisasikan
Sedangkan untuk keramik segmen menengah ke atas, Edy masih berharap banyak kepada pertumbuhan industri properti.
Meski diproyeksikan tumbuh, industri keramik bakal menghadapi sejumlah tantangan di tahun depan. Edy mengungkapkan ada beberapa aral melintang yang akan dialami industri keramik, yakni gempuran keramik impor dan harga gas yang mahal.
Mengenai keramik impor, kata Edy, penerapan tindakan pengamanan berupa tarif (safeguard) terhadap produk dari China yang berlaku mulai Oktober 2018 tidak memberikan dampak yang signifikan.
Edy mengutip data Badan Pusat Statistik periode Januari sampai dengan September 2019, total impor keramik hanya menurun 24% dan sebaliknya impor keramik dari India melonjak 2.000% dan Vietnam meningkat 60%.
Baca Juga: Cahayaputra Asa Keramik (CAKK) Genjot Kapasitas Produksi
Kendala lain yang akan dihadapi industri keramik adalah lemahnya daya saing industri karena harga gas yang mahal dibanding negara-negara pengimpor keramik seperti China, Vietnam dan India. "Seperti diketahui komponen biaya yang terbesar di dalam industri keramik adalah biaya energi gas yang berkisar 30% sampai 45%," kata Edy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News