kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Penjualan sepatu merosot di kuartal I


Kamis, 01 Mei 2014 / 08:32 WIB
Penjualan sepatu merosot di kuartal I
ILUSTRASI. Soccer Football - FIFA World Cup Qatar 2022 - Round of 16 - Morocco v Spain - Education City Stadium, Al Rayyan, Qatar - December 6, 2022 Spain's Gavi in action with Morocco's Sofyan Amrabat REUTERS/Bernadett Szabo


Reporter: Francisca Bertha Vistika | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Kebijakan kenaikan upah minimum reguler (UMR) yang tidak pasti membuat tiga pabrik sepatu dipindah pada kuartal I-2014. Bahkan faktor UMR menyebabkan penurunan produksi pada kuartal I-2014.

Ketua Umum Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisndo), Eddy Wijanarko pernah menyampaikan, bahwa tahun lalu penjualan domestik Rp 27 triliun dan tahun ini stagnan bahkan bisa merosot ke Rp 20 triliun.  "Walaupun saya belum pegang data, proyeksi saya Pada kuartal I-2014 penjualan domestik turun 10%," kata Eddy pada KONTAN, Rabu (30/4).

Penurunan dikarenakan banyaknya pembeli yang takut mengorder sepatu. Kebanyakan pembeli masih menunggu kepastian tentang kenaikan UMR. Walaupun pada Maret lalu pemesanan mulai membaik ketimbang Januari dan Februari.

"Penjualan sepatu pada kuartal I-2014 sekitar seperempat dari target," kata Eddy. Dengan asumsi target Rp 2 triliun hingga Rp 2,7 triliun, pendapatan sepatu lalu sekitar Rp 600 miliar hingga Rp 675 miliar.

Akibat ketidakjelasan UMR itu, pada kuartal I-2014 lalu ada tiga pabrik sepatu yang dipindah keluar Jakarta yaitu ke Jawa Tengah dan juga Jawa Timur. Total yang akan direlokasi sekitar 21 pabrik. Eddy bilang belum ada rencana penutupan pabrik dan pemindahan ke Vietnam.

"Terakhir sekitar akhir tahun lalu. Satu pabrik dipindah ke Vietnam, karena kenaikan upah," ungkap Eddy. Pada kuartal II-2014, Eddy mengungkapkan kondisi penjualan sepatu akan mengalami penurunan 10%. Pasalnya, selain tertekan masalah upah, kenaikan tarif dasar listrik (TDL) juga mempengaruhi ongkos produksi.

Eddy menyampaikan kenaikan TDL bisa menaikkan ongkos produksi hingga 2%. "Belum lagi kalau ada sundulan dari supplier. Pasti supplier akan minta naik harga. Bisa-bisa ongkos produksi naik menjadi 4%," kata Eddy.

Supplier yang dimaksud oleh Eddy adalah mereka yang memasok bahan-bahan untuk pembuatan sepatu. Misalnya saja dari pemasok kain-kain.

Pasokan listrik untuk industri sepatu di Jawa Timur dan Jabodetabek sejauh ini masih aman. Namun, di daerah Jawa Tengah ada rencana penambahan listrik untuk bisa memenuhi kebutuhan industri sepatu. "Di Jawa Tengah, penambahan listrik diperketat lagi. Memang dilayani, tetapi biayanya tinggi," ujar Eddy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×