Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri perfilman, khususnya bioskop, di Indonesia tampak kembali bergairah. Hal ini seiring tayangnya sejumlah film yang populer di kalangan penonton, ditambah semakin longgarnya syarat menonton film di bioskop di era pandemi Covid-19.
Ketua Gabungan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI) Djonny Syafruddin menyampaikan, industri perfilman secara umum sudah semakin semakin sejak Libur Lebaran kemarin. Sebab, ketika musim lebaran tiba, film-film yang tayang di bioskop juga sesuai dengan minat penonton Indonesia.
Salah satunya adalah film KKN di Desa Penari yang diproduksi oleh MD Pictures. Berdasarkan unggahan IG MD Pictures pada Jumat (13/5), film KKN di Desa Penari telah ditonton sebanyak 4.613.276 orang dalam 13 hari penayangan. Film ini pun menjadi film horor terlaris di Indonesia.
Baca Juga: Sayang untuk Dilewarkan! Ini Film Bioskop yang Tayang di CGV dan XXI Akhir Pekan Ini
Selain itu, film yang sedang laris ditonton di Indonesia adalah Dr Strange in the Multiverse of Madness karya Marvel Studios. Merujuk situs Box Office Mojo, untuk periode 4—8 Mei 2022, pendapatan kotor film Dr Strange in the Multiverse of Madness di Indonesia tercatat sebesar US$ 7,91 juta.
“Dengan kondisi sekarang, pertumbuhan penonton di bioskop Indonesia bisa mencapai 70% pada tahun ini,” ujar Djonny, Jumat (13/5).
GPBSI yakin jumlah penonton akan terus meningkat, mengingat masyarakat sudah rindu untuk datang ke bioskop setelah dua tahun sebelumnya dikekang oleh kebijakan pembatasan mobilitas.
Lebih lanjut, GPBSI tidak bisa memprediksi film apa yang akan laris di Indonesia di sisa tahun ini. Sebab, pada dasarnya minat penonton terhadap suatu film itu didasari oleh selera. Apapun genrenya, tak peduli film tersebut buatan lokal atau impor, selama penonton berminat, bioskop akan penuh.
Baca Juga: KKN di Desa Penari Jadi Film Horor Indonesia Terlaris, Capai 4,5 Juta Penonton!
Walau demikian, GPBSI memperkirakan kegiatan ekspansi seperti penambahan jaringan bioskop cenderung jarang dilakukan oleh pengusaha bioskop Indonesia di tahun ini. Sebab, bagaimanapun industri perfilman baru di tahap pemulihan. Pengusaha bioskop pun akan lebih fokus terlebih dahulu memperbaiki kinerja operasional dan peningkatan kualitas layanan.
“Investor masih akan menahan diri untuk sektor bioskop. Mereka akan lihat dulu seperti apa perkembangannya paling tidak satu semester ke depan,” ungkap Djonny.
Catatan GPBSI, saat ini jumlah layar bioskop di Indonesia sekitar 2.088 layar. Dari jumlah tersebut, sekitar 65% dikuasai oleh XXI. Kemudian, ada CGV, Cinepolis, hingga sisanya perusahaan-perusahaan bioskop independen. “Kalau tidak ada pandemi mungkin jumlah bioskop di Indonesia sudah mencapai 3.000 layar,” tandas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News