Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Impor jagung untuk kebutuhan peternak mandiri yang telah diteken oleh pemerintah melalui rapat koordinasi terbatas Kementerian Perekonomian dinilai terlambat. Pasalnya, Bulog bakal bersaing ketat dengan negara-negara yang sudah melakukan kontrak pembelian dengan negara produsen. Tak hanya itu, pengadaan barang dikhawatirkan bakal berlangsung lama karena harus melalui proses lelang dan administrasi pemerintah yang panjang.
Wakil Ketua Komite Tetap Bidang Peternakan Pakan dan Veteriner, Sudirman menyampaikan keputusan tersebut sudah tepat, namun seharusnya dikeluarkan lebih cepat. "Kalau Bulog beli dan tender, butuh sebulan untuk tender. Maka masuknya kapan, kalau sebulan butuh waktu, masuknya baru Desember atau Januari dan itu sudah terlalu lama," kata Sudirman saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (2/11).
Apalagi menurut Sudirman, mendapatkan kontrak pembelian jagung di pasar internasional bakal melalui proses yang panjang dan harus bersaing dengan negara-negara lain yang sudah membeli jagung di pasar spot maupun pasar berjangka terlebih dahulu. Oleh karenanya, bila pemerintah memaksa harus segera melakukan impor jagung, kemungkinan bakal mendapatkan barang dengan harga yang diatas rata-rata.
"Tapi tetap akan mahal jagung lokal karena harganya sudah dua kali harga internasional," lanjut Sudirman. Menurutnya, harga jagung internasional mencapai US$ 220 per ton, sedangkan harga jagung di Jawa Tengah dan Jawa Timur di tingkat pabrik telah mencapai Rp 5.300 per kilogram dengan kondisi panen semakin surut dan bulan depan tidak akan ada panen lagi.
Adapun negara yang menurut Sudirman berpotensi untuk menjadi pemasok jagung tersebut adalah Amerika, Brazil, Argentina dan jajaran negara di benua Amerika Latin. "Tapi mereka sebenarnya dalam musim gugur sehingga pasokan juga dipertanyakan, kalaupun dapat bakal mahal, dan negara-negara lain juga sudah siap buffer stock dan kita akan saingan dengan Vietnam dan lainnya," jelasnya.
Sudirman menambahkan, dengan timing impor yang kurang tepat, maka harga jagung kedepan tidak akan turun hingga akhir tahun. Berdasarkan perhitungan Sudirman, kebutuhan jagung oleh keseluruhan industri dan peternak adalah sebesar 800.000 - 850.000 ton per bulan. Di luar itu, kebutuhan peternak mandiri sebesar 200.000 ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News