kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penurunan permintaan listrik berpotensi hambat jadwal COD pembangkit


Minggu, 21 Februari 2021 / 18:56 WIB
Penurunan permintaan listrik berpotensi hambat jadwal COD pembangkit
ILUSTRASI. Pembangkit Listrik Tenaga Mesin dan Gas (PLTMG)


Reporter: Filemon Agung | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) masih terus berupaya mendorong pertumbuhan permintaan listrik yang belum sepenuhnya pulih pasca pandemi covid-19.

Upaya mendorong permintaan listrik ini juga dilakukan demi memastikan agar target beroperasi alias Commercial Operation Date (COD) pembangkit dapat tetap terjaga.

Direktur Perencanaan Korporat PLN Muhammad Ikbal mengungkapkan saat ini langkah menciptakan permintaan listrik jadi salah satu fokus PLN.

"Kita sangat aktif untuk mencari permintaan listrik karena efek covid-19 membuat permintaan listrik tidak tumbuh," ujar Ikbal kepada Kontan.co.id, Minggu (21/2).

Ikbal menambahkan, upaya mendorong permintaan dilakukan dari sektor komersil dan industri. Sayangnya, Ikbal masih belum mau merinci seberapa besar dampak penurunan permintaan listrik terhadap jadwal COD sejumlah pembangkit.

Asal tahu saja, demi memastikan potensi over supply tidak terjadi PLN bakal melakukan renegosiasi dengan Independent Power Producer (IPP) untuk mega proyek 35 GW khususnya yang berada dalam tahapan perencanaan.

Baca Juga: PLN Gas & Geothermal bakal garap 3 PLTP tahun ini

Merujuk data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pembangkit yang dalam tahapan perencanaan dan pengadaan mencapai 54 unit atau sekitar 5% dengan kapasitas total 1.563 MW. Masih ada 54 unit dengan kapasitas 1.563 MW yang belum berkontrak atau PPA.

"PLN melakukan negosiasi ulang dengan IPP terkait proyek-proyek pembangkit yang berpotensi dapat dimundurkan tahun COD untuk antisipasi over supply," kata Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Rida Mulyana, belum lama ini.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Institute for Essential Service Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengungkapkan permintaan listrik saat ini belum sepenuhnya pulih terlebih akibat pembatasan kegiatan masyarakat yang masih terjadi.

Di sisi lain, dampak bencana alam dan cuaca ekstrem dalam sebulan terakhir dinilai turut berpotensi mengganggu investasi.

"Pada kuartal I-2021 sepertinya pertumbuhan listrik di kisaran 3% atau masih di bawah target yang sebesar 5%," kata Fabby kepada Kontan.co.id, Minggu (21/2).

Fabby melanjutkan, PLN berpotensi mengalami reserve margin mencapai 55% di tahun ini seiring beroperasi pembangkit di Jawa-Bali dan Sumatra.

Kondisi ini membuat banyak kapasitas yang tidak akan terserap dan dinilai berbahaya bagi kondisi keuangan PLN.

"COD pembangkit yang bisa ditunda, sebaiknya ditunda. Selain itu perlu ada upaya-upaya yang lebih sistematis untuk menurunkan excess capacity dan beban finansial PLN," jelas Fabby.

Ia menjelaskan, langkah yang dapat ditempuh yakni dengan menurunkan Capacity Faktor (CF) pembangkit thermal, khususnya PLTU.

"Dengan demikian, PLN tidak membayar kapasitas yang lebih besar dari yang bisa mereka salurkan. Saya kira perlu renegosiasi IPP, yang perlu didukung pemerintah, khususya dari Kementerian BUMN, Kementerian ESDM serta Kementerian Keuangan," pungkas Fabby.

Selanjutnya: Rencana penyediaan tenaga listrik 2021-2030 akan kelar dibahas akhir Februari ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×