Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Serapan bahan bakar nabati (BBN) PT Pertamina (Persero) masih rendah. Hingga April 2011, serapan biodiesel dan bioetanol masih minim dari target serapan tahun 2011. Berdasarkan data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) per April 2011, serapan biodiesel baru 9,8% sedangkan serapan bioetanol masih nihil.
"Untuk tahun ini, hingga April, realisasi pemanfaatan biodiesel baru 116.000 kiloliter dari target kami sebesar 1,2 juta kiloliter. Sedangkan untuk bioetanol dari target 694.000 kiloliter belum terserap karena masih berebut bahan baku dengan industri farmasi," ujar Dirjen Minyak dan Gas Bumi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Evita Herawati Legowo, Kamis (9/6).
Menurut Evita, produksi BBN selalu tidak pernah mencapai target yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Merujuk kepada data dari Kementerian ESDM, untuk serapan biodiesel pada tahun 2009 baru sekitar 119.000 kiloliter dari target sebesar 775.000 kiloliter. Pada 2010, serapan biodiesel hanya 223.000 kiloliter dari target sebesar 1,07 juta kiloliter.
Hal yang sama juga terjadi pada serapan bioetanol. Pada 2009, serapan bioetanol pemanfaatannya hanya sebesar 1.058 kiloliter dari target sebesar 215.000 kiloliter. "Tahun lalu bioetanol tidak ada terserap sama sekali," jelas Evita.
Melihat serapan BBN yang lebih rendah dari realisasi target, pada tahun depan, pemerintah tak akan mematok tinggi. Pemerintah memiliki tiga opsi untuk besaran volumenya pada 2012. Ketiga skenario ini volumenya masih lebih rendah ketimbang target pada tahun ini.
Pertama, seperti hitungan bisnis seperti biasanya (bussiness as usual), total volume bbn tahun 2012 dipatok 1,06 juta kiloliter, yaitu bioetanol 278.000 kiloliter dan biodiesel 785.000 kiloliter.
Dua usulan lainnya berkaitan dengan kemungkinan pelaksanaan program pembatasan BBM subsidi yang rencananya akan dilakukan pemerintah. Evita menjelaskan, jika program ini jadi dijalankan, volume BBN tahun depan diusulkan sebesar 886.000 kiloliter. Rinciannya, bioetanol 232.000 kiloliter dan biodiesel 654.000 kiloliter.
Kemudian, dengan usaha pemerintah menekan konsumsi BBM subsidi, volume bioetanol tahun depan diusulkan 252.000 kiloliter, dan biodiesel 722.000 kiloliter. “Jadi totalnya 974.000 kiloliter,” kata dia.
Sementara itu Direktur Utama Pertamina, Karen Agustiawan mengatakan, sejak tahun lalu Pertamina tidak memproduksi biopremium. Sebab, ketersediaan ethanol dari pihak ketiga masih belum dapat terpenuhi. Pertamina hanya menjual biosolar. Pada tahun lalu, Pertamina menjual biosolar sebesar 4,4 juta kiloliter.
"Realisasi Januari hingga April 2011 untuk biosolar mencapai 2,06 juta kiloliter dari target 7,59 juta kiloliter," kata Karen. Tahun depan, Pertamina memproyeksikan penjualan biosolar sebesar 15,7 juta kiloliter.
Tambahan anggaran subsidi
Karen meminta adanya tambahan anggaran subsidi untuk BBN apabila harga BBN jauh lebih tinggi daripada harga BBM. Sebab, pengusaha BBN menganggap harga BBN saat ini masih kurang menarik.
Menanggapi ini, Evita mengatakan akan mengusulkan adanya kenaikan besaran subsidi untuk BBN pada tahun depan sebesar Rp 1.000 per liter. Evita melanjutkan tambahan subsidi untuk BBN ini dibutuhkan karena harga BBN lebih tinggi dibandingkan bahan bakar minyak (BBM).
Karenanya, pihaknya mengusulkan subsidi untuk biodiesel naik Rp 3.000 per liter dan bioetanol menjadi Rp 3.500 per liter. Sebelumnya, dua varian BBN ini dipukul rata mendapat subsidi Rp 2.000 per liter.
“Subsidi yang minim juga menyebabkan banyak produsen BBN terpaksa mengurangi atau menghentikan pasokan ke PT Pertamina (Persero),” jelas Evita.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News