Reporter: Aprillia Ika | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Es krim merupakan salah satu makanan yang tak lepas dari gaya hidup kaum urban. Di kota-kota besar seperti Jakarta, tak sulit menemui es krim yang dengan dibanderol dengan harga premium. Sebut saja es krim Cold Stone dan es krim Haagen Dazs.
Es krim Cold Stone sendiri merupakan merek es krim asal Negeri Paman Sam yang hadir November tahun 2008. Dinamakan Cold Stone lantaran penyajiannya harus di atas batu lempeng yang dingin. Merek ini berada di bawah manajemen PT Sari IceCream Indonesia yang merupakan anak perusahaan PT Mitra Adiperkasa Tbk.
Cold Stone sendiri pertama kali buka di Cilandak Town Square. Saat ini telah punya lima cabang di beberapa mal mewah. Sementara gerai di Cilandak Town Square telah ditutup lantaran berkurang segmen pasarnya.
"Persaingan antar merek premium memang ada. Baik dari segi rasa, harga dan konsep. Tetapi masing-masing tetap punya segmen pelanggan yang berbeda," ujar Andri, Training Manager PT Sari Ice Cream Indonesia.
Untuk terus eksis di tengah ketatnya persaingan, Cold Stone terus merangsek pasar dengan manambah gerai barunya. Februari 2009 lalu, es krim ini masuk ke Plaza Senayan. Rencananya, es krim ini juga bakal hadir di Senayan City. "Kami melihat adanya peningkatan pasar es krim premium. Makanya kami tambah gerai," ucap Andri.
Dalam satu gerai tersedia 22 aneka macam rasa es krim berbahan baku 100% impor dengan variasi pilihan topping yang berbeda. Banderol harganya mulai Rp 35.000 per scoop.
Di Plaza Senayan, satu harinya gerai Cold Stone bisa melayani rata-rata 100 konsumen. Sementara di kelapa Gading, per harinya bisa melayani lebih dari 150 pelanggan.
Merek ini tergolong premium lantaran satu scoop es krim dibanderol seharga Rp 35.000 sampai Rp 200.000. Saat ini, tersedia 22 macam rasa di setiap gerai yang bisa dicampur dengan aneka topping.
Tapi, walau mahal pelanggannya tak enggan merogoh kocek sedalam itu. Lantaran rasa es krim yang ditawarkan Cold Stone berbeda. Penuh rasa krim. "Setiap bulan kita punya variasi rasa baru. Apalagi pada momen tertentu seperti valentine. Saat ini rasa yang banyak disukai antara lain Green tea dan Blueberry," lanjut Andri.
Sementara cara penyajiannya pun unik, yaitu pembeli bakal dihibur dengan pertunjukan juggling es krim diiringi dengan nyanyian-nyanyian unik bertema Cold Stone dari para kru gerai. Asal, memasukkan tip yang pantas bagi para kru.
"Para kru bukan sekadar peracik es krim, akan tetapi juga entertainer," sambut Agnes Suganda, Brand Operation manager PT Sari Ice Cream Indonesia.
Beberapa strategi pemasaran yang dilakukan Cold Stone dalam persaingan bisnis es krim premium antara lain beriklan di jejaring sosial Facebook dan lewat email. "Baru sebulan beriklan, kami sudah mendapat lebih dari 800 anggota," tandas Andri. Selain itu, Cold Stone gencar memberikan diskon harga berupa voucher Rp 10.000 yang bisa didapat gratis melalui internet dan majalah.
Pesaing terdekat Cold Stone adalah Haagen Dazs. Lantaran, es krim asal negeri Paman Sam ini memasang banderol Rp 28.000 per cup dengan target pasar yang sama dengan Cold Stone.
Djonnie Rahmat, Chief Operating Officer (COO) MRA Group yang membawahi pemasaran Haagen Dazs di Indonesia bilang bahwa persaingan es krim premium memang makin ketat saban tahunnya. "Setiap tahun bermunculan merek baru," ujarnya.
Namun pihaknya tidak merasa khawatir akan hal tersebut. Pasalnya saat ini Haagen Dazs sudah punya sekitar 200 gerai di seluruh Indonesia. "Itu belum termasuk booth kecil khusus untuk take away," lanjut Djonnie.
Untuk semakin masuk ke pasar, Djonni berencana menambah dua sampai tiga gerai saban tahun. "Tahun ini mau buka di Balikpapan, Jakarta, Semarang, Surabaya, Bali, dan Medan," lanjutnya.
Khusus untuk tempat pemasaran, Djonnie sengaja memilih mal khusus yang mempunyai tingkat keramaian yang tinggi. "Kami melihat, es krim bukanlah destinasi khusus pengunjung layaknya restoran. Makanya kami lebih suka pasang di mal," lanjutnya.
Untuk pemasaran produknya, Djonnie menerapkan strategi khusus. "Kami tidak mau menggunakan diskon karena itu tidak mengedukasi pasar," ujarnya.
Djonnie sendiri ingin pasar mengenal es krim premium ini melalui rasa terbaiknya. "Persaingan paling ketat berada di Jakarta. Akan tetapi pendapatan paling besar juga dari Jakarta," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News