kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Peritel mamin besar jajakan produk di jalan, begini kata keta umum UMKM Indonesia


Jumat, 16 Oktober 2020 / 12:45 WIB
Peritel mamin besar jajakan produk di jalan, begini kata keta umum UMKM Indonesia
ILUSTRASI. Karyawan salah satu gerai pizza menawarkan produk kepada warga yang melintas. ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/foc.


Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketua Umum Asosiasi UMKM Indonesia (Akumindo) Muhammad Ikhsan Ingratubun mengatakan langkah-langkah emiten ritel sektor mamin atau FnB turun ke lapangan menjadi langkah untuk bertahan menghadapi pandemi.

Sebagai informasi, beberapa peritel mamin seperti PizzaHut, Family Mart, hingga beberapa restoran yang dikelola oleh Boga Group, mengeluarkan startegi menjajakan produk di jalan di masa pandemi.

Ikhsan berkata, aturan PSBB yang diberlakukan di masa pandemi, yaitu sejak Maret hingga minggu lalu dalam berbagai versi, sangat memukul industri makanan baik besar maupun level UMKM.

"Mengapa mereka turun ke lapangan itu dipengaruhi PSBB yang tidak boleh dine in, sedangkan pendapatan online biasanya tidak besar. Dalam keadaan normal saja, pendapatan dari pemesanan online mungkin ada di kisaran 10%-15%. Sehingga startegi active sales seperti itu perlu dilakukan untuk mempertahankan omset," jelas Ikhsan saat dihubungi Kontan, Kamis (15/10).

Di saat yang sama, pihaknya tidak melihat strategi tersebut menjadi ancaman bagi pengusaha UMKM yang menggunakan jalanan sebagai lahan berjualan. Ikhsan berkata, perusahaan tersebut memiliki pasar tersendiri begitu pula dengan UMKM. "Harga produk yang ditawarkan lebih tinggi dibandingkan dengan UMKM, sehingga pasarnya pun berbeda," sambung Ikhsan.

Baca Juga: Teten Masduki ungkap jumlah UMKM masuk pasar digital kini capai 10,25 juta

Dengan demikian, Ikhsan menilai efek yang dihasilkan oleh peritel mamin, tidak berefek besar terhadap pasar UMKM. Dirinya melanjutkan, di masa pandemi kinerja penjualan sektor mamin ikut menurun drastis walau diikuti dengan masifnya UMKM yang berpindah ke ranah digital atau penjualan online.

Tak hanya itu, aturan PSBB juga membuat penghasilan pegiat UMKM tidak stabil arau fluktiatif, sebab di satu hari bisa mendulang pendapatan besar namun di kemudian hari pihaknya bisa tidak menerima penjualan sampai seminggu lebih.

Ikhsan menilai, penurunan ini bisa kembali dengan dibukanya kembali PSBB dan izin dine in di restoran. "Dibukanya PSBB ketat jilid II ini saja, sudah mulai terasa perbedaannya. Pembelian sudah mulai ada peningkatan," tutup dia.

Selanjutnya: Tahap II mulai disalurkan, ini syarat dan cara dapatkan BLT UMKM Rp 2,4 juta

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×