kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Perlu dibentuk badan penyangga harga karet


Kamis, 15 Oktober 2015 / 16:20 WIB
Perlu dibentuk badan penyangga harga karet


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Havid Vebri

JAKARTA. Sejumlah komoditas ekspor asal Indonesia saat ini tengah lesu. Pasalnya, harga sejumlah komoditas ekspor di pasar internasional mengalami penurunan signifikan, salah satunya karet alam.

Saat ini harga karet alam berada di kisaran US$ 1,24 per kg dari harga tertinggi yang sempat mencapai US$ 4 per kg - US$ 5 per kg.

Jatuhnya harga karet ini membuat sebagian besar petani karet jatuh miskin. Harga karet ditingkat petani saat ini bertengger di kisaran Rp 5.000 per kg saja. Padahal di bulan September lalu harga karet masih ada dikisaran Rp 6.000 per kg.

Jatuhnya harga karet tidak mendapat sorotan sebesar jatuhnya harga crude palm oil (CPO). Maklum, lebih dari 90% perkebunan karet dimiliki petani. Karena itu tidak ada pengusaha yang bisa melobi dan menekan pemerintah untuk mencari solusi.

Herman Khaeron, Wakil Ketua Komisi IV DPR sempat meminta pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian (Kemtan) untuk segera mencari solusi untuk mendongkrak harga karet alam.

Salah satunya dengan membentuk badan yang bisa menyerap langsung karet dari petani dengan harga yang lebih baik. "Semacam Bulog-nya untuk komoditas karet," tutur Herman belum lama ini.

Dengan adanya badan yang bisa menyerap karet petani ini, maka diharapkan para petani karet tidak beralih profesi dan menebang pohon karet milik mereka. Sebab saat ini sudah banyak petani karet yang memilih menebang tanaman karet dan menggantinya dengan tanaman lain yang lebih menghasilkan uang.

Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian (Kemtan) Gamal Nasir mengatakan, pihaknya terus mendorong penyerapan karet dalam negeri. Salah satunya dengan menjalin kerjasama dengan Kementerian Perindustrian (Kemperin).

"Kami selalu rapat koordinasi dengan Kemperin supaya konsumsi dalam negeri bisa terus ditingkatkan," ujarnya kepada KONTAN, Kamis (15/10).

Namun ia mengakui, sampai saat ini pemerintah belum mampu menyerap karet alam dari petani dengan harga terjangkau karena kekurangan dana. Ia mengatakan situasi susah saat ini memang membuat pemerintah harus mencari prioritas.

Ia menilai usulan membentuk badan yang menyerap karet dari petani sesuatu yang bagus. "Kita nilai itu bagus, tapi harus dipikirkan darimana duitnya dulu," imbuhnya.

Sejauh ini, lanjut Gamal, karet dalam negeri dikelola untuk produksi ban, bantalan kereta api, campuran aspal dan bangunan. Pada tahun ini, pemerintah menargetkan dapat meningkatkan konsumsi karet dalam negeri lebih tinggi 100.000 ton menjadi 700.000 ton per tahun dari rata-rata 600.000 ton per tahun.

Diharapkan dengan peningkatan konsumsi karet dalam negeri maka harga karet diharapkan dapat meningkat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×