Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selama pandemi Covid-19 bergulir, permintaan obat-obatan dan multivitamin ke perusahaan farmasi BUMN meningkat. Manajemen perusahaan berusaha memastikan bahan baku dan kapasitas produksi dapat mencukupi kebutuhan saat ini.
Manajemen PT Kimia Farma Tbk (KAEF) mengungkapkan, saat ini terjadi peningkatan permintaan produk farmasi dan alat kesehatan di jaringan ritel Kiimia Farma. Adapun rata-rata kenaikannya berkisar 20% hingga 30% dari awal tahun ini.
Sekretaris Perusahaan Kimia Farma Ganti Winarno menegaskan pihaknya memastikan kapasitas dan bahan baku mencukupi. "Dari sisi kapasitas dan proses produksi mulai dari bahan baku mencukupi untuk pemenuhan peningkatan kebutuhan," ujarnya singkat kepada Kontan.co.id, Kamis (15/7).
Sebelumnya, Ganti pernah mengatakan, beberapa produk alkes dan farmasi yang terpantau mengalami peningkatan hingga saat ini adalah tabung oksigen, oxymeter, masker, anti-virus, penurun panas, multivitamin, hingga suplemen kesehatan.
Baca Juga: BPOM terbitkan izin penggunaan darurat vaksin Covid-19 Pfizer, eufikasi 95,5%
PT Indofarma Tbk (INAF) juga mengakui melihat ada lonjakan permintaan produk farmasi dan alat kesehatan yang berhubungan untuk penanggulangan Covid-19.
Direktur Utama Indofarma, Arief Pramuhanto mengatakan secara umum jika melihat market value Indonesia pada 2020, dari sektor industri farma mengalami minus growth.
"Faktor utamanya, produk-produk yang tidak terkait dengan Covid-19 mengalami penurunan, tetapi produk yang terkait Covid-19 naiknya luar biasa. Kami alami sendiri di Indofarma," ujarnya dalam acara Investor Daily Summit, Kamis (15/7).
Arief melihat, penurunan bed occupancy rate (BOR) di rumah sakit khusus pasien reguler turun atau hanya 65% hingga 70% saja membuat demand obat untuk pasien reguler ikut melandai. Tapi di sisi lain, permintaan obat yang berhubungan untuk terapi Covid-19 dan multivimain meningkat pesat di tengah pandemi.
Berita terkini, Indofarma telah mengantongi izin penggunaan darurat (Emergency Use Authorization/UEA) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk obat Invermectin.
INAF memiliki kapasitas produksi Ivermectin eksisting 4,5 juta tablet/bulan dengan menggunakan satu lini fasilitas produksi. Guna mengantisipasi kebutuhan masyarakat, Indofarma akan meningkatkan kapasitas menjadi dua kali lipat atau lebih dari kapasitas eksisting.
Dengan bahan baku yang telah tersedia maupun dalam proses pengiriman dari penyedia bahan baku di negara lain, rencana produksi produk Ivermectin pada awal Juli 2021 sampai dengan Agustus 2021 sekitar 13,8 juta tablet.
Mengenai harganya, sesuai dengan kebijakan Harga Netto Apotek (HNA) termasuk PPN untuk produk Ivermectin tablet 12 mg/botol isi 20 (dua puluh) tablet yang ditetapkan oleh Indofarma adalah Rp 123.200 atau setara dengan Rp 6.160 per tablet. Sedangkan Harga Eceran Tertinggi (HET) termasuk PPN adalah Rp 157.700 atau setara Rp 7.885 per tablet.
PT Phapros Tbk (PEHA) juga merasakan kenaikan permintaan obat-obatan dan multivitamin.
Melansir pemeritaan Kontan.co.id sebelumnya, Sekretaris Perusahaan PEHA, Zahmilia Akbar mengatakan, produk-produk multivitamin untuk pencegahan Covid 19 seperti misalnya produk multivitamin dengan kadar Vitamin C tinggi, kombinasi vit E, zinc serta produk kortikosteroid mengalami peningkatan dibandingkan bulan sebelumnya. Kenaikannya bisa mencapai di atas 200% dibandingkan angka penjualan pada bulan lalu.
"Kami sudah menyiapkan upaya menjaga buffer stock kita untuk tetap di level aman, baik untuk bahan baku dan bahan kemas," ujarnya.
Lebih lanjut, Zahmilia mengatakan, Phapros selalu selalu memonitor ketersediaan produk mulai dari provinsi,cabang, dan outlet melalui distribusi yang terintegrasi dengan sistem internal. Oleh karenanya, PEHA berharap kekosongan dapat dihindari.
Selanjutnya: Pasokan bahan baku obat dan alat kesehatan Indonesia masih tergantung impor
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News