Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah perusahaan sawit dalam negeri gencar ekspansi untuk meraup peluang bisnis di industri hilir sawit.
Sekjen Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Eddy Martono menyampaikan saat ini sudah banyak pelaku usaha di hulu sawit yang masuk ke hilirisasi sawit.
“Sekarang baik di dalam negeri maupun di luar negeri sama-sama membutuhkan produk hilir untuk pangan, oleokimia, hingga energi,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (19/1).
Adapun distribusi produk hulu sawit lokal, kata Eddy, sudah merata ke semua sektor hilir sawit, mulai dari pangan hingga energi. Menurutnya, tujuan pemerintah memacu industri hilir sawit di dalam negeri ialah untuk meningkatkan investasi baru yang otomatis akan ada penyerapan tenaga kerja.
Salah satu emiten yang semakin fokus mengembangkan hilirisasi sawit ialah PT Mahkota Group Tbk (MGRO). Di tahun 2023, MGRO berencana menambah kapasitas produksi serta line refinery baru. Agenda bisnis ini dilakukan sejalan dengan semakin prospektifnya permintaan produk turunan CPO dari pasar luar negeri.
Untuk menangkap peluang tersebut, Sekretaris Perusahaan Mahkota Group, Elvi mengemukakan, MGRO dan anak usaha menyiapkan belanja modal di tahun 2023 berkisar Rp 250 miliar.
“Capex ini dialokasikan mayoritas pada maintenance dan penambahan alat produksi,” jelasnya.
Baca Juga: Hilirisasi Biofuel Kian Dilirik Pelaku Usaha
Elvi menjelaskan, melalui alokasi belanja modal tersebut, MGRO sedang menyiapkan peningkatan dan penambahan baru kapasitas produksi untuk program hilirisasi. Fokus utama penjualan untuk produk ini adalah pasar ekspor.
MGRO berencana menambah kapasitas produksi refinery dari 1.500 ton menjadi 1.800 ton serta tambahan satu line baru dengan kapasitas sebesar 1.800 ton. Tidak hanya itu, pihaknya juga menambah kapasitas kernel crushing plant (KCP) sebesar 600 ton yang nantinya akan memperkaya produk-produk baru turunan dari kelapa sawit.
Perusahaan sawit lainnya, PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) menargetkan pertumbuhan produksi tandan buah segar (TBS) di tahun ini kurang lebih 10%-15% untuk menyokong hilirisasi anak usahanya PT Citra Borneo Utama Tbk (CBUT).
Sekretaris Perusahaan SSMS Swasti Kartikaningtyas menjelaskan, pertumbuhan rata-rata produksi TBS ini seiring dengan permintaan sawit yang meningkat. Secara umum, permintaan ini datang dari dalam negeri maupun luar negeri.
Namun, sejauh ini SSMS tetap fokus memasok sawitnya untuk keperluan hilirisasi di PT Citra Borneo Utama Tbk (CBUT).
Pada akhir 2022, Citra Borneo Utama resmi melakukan aksi korporasi berupa Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) demi meraih dana segar untuk ekspansi.
Berkait aksi korporasi ini, CBUT meraih Rp 431,25 miliar dengan menawarkan 625 juta saham atau 20% dari modal ditempatkan dan disetor penuh.
Dari dana segar yang didapat sebanyak 54% akan digunakan untuk pembangunan refinery extension dan infrastrukturnya. Refinery extension ini berlokasi di Kawasan Industri Surya Borneo Industri yang rencananya dibangun pada kuartal I 2023 dan baru akan selesai di kuartal I 2025.
Dengan adanya refinery extension tersebut, minyak inti sawit kasar atau Crude Palm Kernel Oil (CPKO) akan dapat diolah menjadi RBDPKO (Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil) menjadi bahan baku cocoal butter dan PKFAD (Palm Kernel Palm Fatty Acid Destilate) yang memiliki prospek bisnis yang lebih menjanjikan.
Corporate Secretary PT Citra Borneo Utama Tbk Deni Agustinus menyampaikan, di tahun 2023 prospek bisnis Citra Borneo tetap bagus. Pasalnya, permintaan olein untuk lokal dan ekspor masih tinggi.
“Sedangkan suplai bahan baku, CPO, terbatas karena adanya ketentuan B35,” jelasnya beberapa waktu lalu.
Deni menjelaskan, kondisi pasokan dan permintaan ini menyebabkan harga stabil dan ada kemungkinan naik lagi jika permintaan dari negara tujuan ekspor seperti China dan india meningkat menjelang perayaan dalam waktu dekat ini.
Selain mengandalkan produk turunan CPO seperti olein, Citra Borneo Utama juga akan mendorong penjualan minyak goreng. CBUT dapat memproduksi minyak goreng sebanyak 400.958 ton dalam setahun.
Kementerian Perindustrian sebelumnya menyebutkan, setidaknya ada tiga jalur hilirisasi industri CPO di dalam negeri yang masih potensial untuk terus dikembangkan.
Pertama, hilirisasi oleopangan (oleofood complex), yaitu industri-industri yang mengolah produk industri refinery untuk menghasilkan produk antara oleopangan (intermediate oleofood) sampai pada produk jadi oleopangan (oleofood product).
Berbagai produk hilir oleopangan yang telah dihasilkan di Indonesia, antara lain minyak goreng sawit, margarin, vitamin A, vitamin E, shortening, ice cream, creamer, cocoa butter atau specialty-fat.
Kedua, hilirisasi oleokimia (oleochemical complex), yaitu industri-industri yang mengolah produk industri refinery untuk menghasilkan produk-produk antara oleokimia. Perinciannya, oleokimia dasar sampai pada produk jadi seperti produk biosurfaktan seperti produk detergen, sabun, dan shampoo. Kemudian biolubrikan (biopelumas) dan biomaterial contohnya bioplastik.
Selanjutnya, ketiga, hilirisasi biofuel (biofuel complex), yaitu industri-industri yang mengolah produk industri refinery untuk menghasilkan produk-produk antara biofuel sampai pada produk jadi biofuel seperti biodiesel, biogas, biopremium, bioavtur, dan lain-lain.
Baca Juga: Ekonom Sarankan Agar 3 Produk Ini Tidak Masuk dalam Program Hilirisasi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News