Reporter: Ratih Waseso | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) mendorong pemerintah untuk melakukan revitalisasi penggilingan padi.
Ketua Umum Perkumpulan Penggilingan padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) Sutarto Alimoeso mengatakan, banyak penggilingan padi kecil yang mati suri.
Perbedaan harga eceran tertinggi (HET) beras medium dan premium yang terlalu jauh membuat produksi premium hanya bisa dilakukan oleh penggilingan menengah dan besar. Ia mengatakan perlu adanya peninjauan kembali HET.
"Perbedaan antara HET medium dan premium terlalu jauh, sehingga yang bisa memproduksi premium hanya penggilingan padi menengah dan besar jadi yang kecil-kecil karena tidak mampu memproduksi beras premium jadi kalah," ungkap Tarto dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi IV DPR RI, Rabu (7/12).
Baca Juga: Kisruh Data Stok Beras Bulog dan Kementan Memanas
Tarto mengatakan beras diproduksi atau diolah oleh ratusan ribu penggilingan padi, di mana sebagian besar atau 95% merupakan penggilingan padi kecil. Sedangkan, penggilingan padi kecil mengalami kesulitan akses modal dan pasar.
Kemudian kapasitas terpasang penggilingan padi telah jauh melebihi ketersediaan produksi gabah. Di mana pemilik modal besar yang mampu menguasai bahan dan pasar. Oleh karena itu, Perpadi mengusulkan adanya dukungan pemerintah dalam revitalisasi penggilingan padi. Hal ini untuk mengurangi kehilangan hasil, meningkatkan kualitas, efisiensi dan pendapatan.
"Kita masih kehilangan hasil karena masalah penggilingan padi yang tertinggal tadi. Ini masih cukup besar," kata Tarto.
Oleh karena itu, Tarto mengusulkan agar pemerintah tidak lagi memberi izin pendirian penggilingan padi baru. Kembali Ia menegaskan revitalisasi penggilingan padi yang saat ini perlu diperhatikan.
"Sudah terlalu banyak. Mohon maaf bahkan BUMN malah mendirikan penggilingan padi baru," kata Tarto.
Baca Juga: Penerapan Praktik Pertanian yang Baik Jadi Kunci Tingkatkan Produksi Padi
Adapun kapasitas terpasang penggilingan padi saat ini jauh melebihi produksi gabah. jumlahnya tahun 2020 sebanyak 161.401 unit. kondisi ini melebihi produksi gabah nasional atau over kapasitas sekitar 60%. sehingga menyebabkan pergerakan gaba antar wilayah tidak efisien.
Tarto berharap, upaya revitalisasi ini bisa memperoleh kredit bukan hanya bantuan kredit semata.
"Kalau ini bisa kita lakukan, dari 161.000 pasti tidak semua harus direvitalisasi, tapi kalau kita bisa melakukan 50.000 saja itu saya kira sudah mampu menjadi partnernya pemerintah untuk menjadi menyangga cadangan pangan," imbuhnya.
Selama ini penggilingan kecil hanya menghasilkan beras medium dan medium minus. Kemudian pasarnya hanya lokal dan daerah di sekitar.
Padahal diharapkan penggilingan padi kecil dapat juga mensuplai ke pemerintah sebagai cadangan pangan. Sayangnya beras yang dihasilkan kurang sesuai spesifikasi karena terbatasnya modal. Maka mendorong adanya dukungan revitalisasi penggiling padi dari pemerintah.
Ia mengatakan jika korporasi klaster padi dapat dibangun, maka penggilingan padi kecil dapat digabungkan dengan Gapoktan. Kemudian dibangun menjadi badan usaha, sehingga dapat menghasilkan beras dengan kualitas baik.
Baca Juga: Panen Raya Sudah Lewat, Penyerapan Cadangan Beras Waktunya Tak Tepat Saat Ini
Sehingga dapat mengisi pasar lokal maupun untuk mengisi cadangan pemerintah. Selain itu juga dapat bekerjasama dengan penggilingan padi yang besar. Oleh sebab itu, Perpadi mengusulkan adanya kredit usaha rakyat (KUR) bagi penggilingan padi hingga Rp2,5 miliar.
"Sekarang dapat menerima tapi hanya sampai Rp 500 juta. Istilah sekarang tidak nendang. Kalau bisa sampai Rp2,5 miliar," usulnya.
Dengan KUR tersebut, penggilingan padi dapat melakukan pengadaan mesin pengering, mesin poles yang lebih baik. Serta mampu melakukan pengadaan colour sorter.
"Sehingga hasil penggilingan padi itu bisa masuk ke bagian dari cadangan pemerintah. Dan anggota kami siap untuk bekerja sama dengan pemerintah, tentunya dalam menyimpan bila perlu cadangan beras pemerintah itu ada pada kami," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News